Mungkin pengalaman dini inilah yang membuat saya menjadi sangat menikmati apa yang disebut cunnilingus, atau mempermainkan kemaluan wanita dengan mulut. Sampai sekarangpun saya sangat menikmati mempermainkan kemaluan wanita, mulai dari memandang, lalu mencium aroma khasnya, lalu mempermainkan dan menggigit bibir luarnya (labia majora), lalu melumati bagian dalamnya dengan lidah saya, lalu mengemut clitorisnya sampai si wanita minta-minta ampun kewalahan. Yang terakhir barulah saya memasukkan batang kemaluan saya kedalam liang sanggamanya yang sudah banjir.
Setelah kesempatan saya dan Inggrid untuk bermain cinta yang pertama kali itu, maka kami menjadi semakin berani dan Inggrid dengan bebasnya akan datang kerumah saya hampir setiap hari, paling sedikit 3 kali seminggu. Apabila dia datang, dia akan langsung masuk kedalam kamar tidur saya, dan tidak lama kemudian sayapun segera menyusul.
Biasanya dia selalu mengenakan daster yang longgar yang bisa ditanggalkan dengan sangat gampang, hanya tarik saja keatas melalui kepalanya, dan biasanya dia duduk dipinggiran tempat tidur saya. Saya biasanya langsung menerkam payudaranya yang sudah agak kendor tetapi sangat bersih dan mulus. Pentilnya dilingkari bundaran yang kemerah-merahan dan pentilnya sendiri agak besar menurut penilaian saya. Inggrid sangat suka apabila saya mengemut pentil susunya yang menjadi tegang dan memerah, dan bisa dipastikan bahwa kemaluannya segera menjadi becek apabila saya sudah mulai ngenyot-ngenyot pentilnya.
Mungkin saking tegangnya saya didalam melakukan sesuatu yang terlarang, pada permulaannya kami mulai bersanggama, saya sangat cepat sekali mencapai klimaks. Untunglah Inggrid selalu menyuruh saya untuk menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kemaluannya lebih dulu sehingga biasanya dia sudah orgasme duluan sampai dua atau tiga kali sebelum saya memasukkan penis saya kedalam liang peranakannya, dan setelah saya pompa hanya beberapa kali saja maka saya seringkali langsung menyemprotkan mani saya kedalam vaginanya. Barulah untuk ronde kedua saya bisa menahan lebih lama untuk tidak ejakulasi dan Inggrid bisa menyusul dengan orgasmenya sehingga saya bisa merasakan empot-empotan vaginanya yang seakan-akan menyedot penis saya lebih dalam kedalam sorga dunia.
Inggrid juga sangat doyan mengemut-ngemut penis saya yang masih belum bertumbuh secara maksimum. Saya tidak disunat dan Inggrid sangat sering menggoda saya dengan menertawakan “kulup” saya, dan setelah beberapa minggu Inggrid kemudian berhasil menarik seluruh kulit kulup saya sehingga topi baja saya bisa muncul seluruhnya. Saya masih ingat bagaimana dia berusaha menarik-narik atau mengupas kulup saya sampai terasa sakit, lalu dia akan mengobatinya dengan mengemutnya dengan lembut sampai sakitnya hilang. Setelah itu dia seperti memperolah permainan baru dengan mempermainkan lidahnya disekeliling leher penis saya sampai saya merasa begitu kegelian dan kadang-kadang sampai saya tidak kuat menahannya dan mani saya tumpah dan muncrat ke hidung dan matanya.
Kadang-kadang Inggrid juga minta “main” walaupun dia sedang mens. Walaupun dia berusaha mencuci vaginanya lebih dulu, saya tidak pernah mau mencium vaginanya karena saya perhatikan bau-nya tidak menyenangkan. Paling-paling saya hanya memasukkan penis saja kedalam vaginanya yang terasa banjir dan becek karena darah mensnya. Terus terang, saya tidak begitu menikmatinya dan biasanya saya cepat sekali ejakulasi. Apabila saya mencabut kemaluan saya dari vagina Inggrid, saya bisa melihat cairan darah mensnya yang bercampur dengan mani saya. Kadang-kadang saya merasa jijik melihatnya.
Satu hari, kami sedang asyik-asyiknya menikmati sanggama, dimana kami berdua sedang telanjang bugil dan Inggrid sedang berada didalam posisi diatas menunggangi saya. Dia menaruh tiga buah bantal untuk menopang kepala saya sehingga saya bisa mengisap-isap payudaranya sementara dia menggilas kemaluan saya dengan dengan kemaluannya. Pinggulnya naik turun dengan irama yang teratur.
Saya sudah ejakulasi sekali dan air mani saya sudah bercampur dengan jus dari kemaluannya yang selalu membanjir. Lalu tiba-tiba, pada saat dia mengalami klimaks dan dia mengerang-erang sambil menekan saya dengan pinggulnya, anak perempuannya yang bernama Nining ternyata sedang berdiri dipintu kamar tidur saya dan berkata, “Ibu main kuda-kudaan, ya..?”
Saya sangat kaget dan tidak tahu harus berbuat bagaimana tetapi karena sedang dipuncak klimaksnya, Inggrid diam saja terlentang diatas tubuh saya. Saya melirik dan melihat Nining datang mendekat ketempat tidur, matanya tertuju kebagian tubuh kami dimana penis saya sedang bersatu dengan dengan kemaluan ibunya. Lalu dia duduk di pinggiran tempat tidur dengan mata melotot.
“Hayo, ibu main kuda-kudaan,” katanya lagi.
Lalu pelan-pelan Inggrid menggulingkan tubuhnya dan berbaring disamping saya tanpa berusaha menutupi kebugilannya. Saya mengambil satu bantal dan menutupi perut dan kemaluan saya .
“Nining, Nining. Kamu ngapain sih disini?” kata Inggrid lemas.
“Nining pulang sekolah agak pagi dan Nining cari-cari Ibu dirumah, tahunya lagi kuda-kudaan sama Bang Dino,” kata Inggrid tanpa melepaskan matanya dari arah kemaluan saya. Saya merasa sangat malu tetapi juga heran melihat Inggrid tenang-tenang saja.
“Nining juga mau kuda-kudaan,” kata Nining tiba-tiba.
“E-eh, Nining masih kecil..” kata ibunya sambil berusaha duduk dan mulai mengenakan dasternya.
“Nining mau kuda-kudaan, kalau nggak nanti Nining bilangin Ayah.”
“Jangan Nining, jangan bilangin Ayah.., kata Inggrid membujuk.
“Nining mau kuda-kudaan,” Nining membandel. “Kalo nggak nanti Nining bilangin Ayah..”
“Iya udah, diam. Sini, biar Dino Kuda-kudaan sama Nining.” Inggrid berkata.
Saya hampir tidak percaya akan apa yang saya dengar. Jantung saya berdegup-degup seperti alu menumbuk. Saya sudah sering melihat Nining bermain-main di pekarangan rumahnya dan menurut saya dia hanyalah seorang anak yang masih begitu kecil. Dari mana dia mengerti tentang “main kuda-kudaan” segala?
Inggrid mengambil bantal yang sedang menutupi kemaluan saya dan tangannya mengelus-ngelus penis saya yang masih basah dan sudah mulai berdiri kembali.
“Sini, biar Nining lihat.” Inggrid mengupas kulit kulup saya untuk menunjukkan kepala penis saya kepada Nining. Nining datang mendekat dan tangannya ikut meremas-remas penis saya. Aduh maak, saya berteriak dalam hati. Bagaimana ini kejadiannya? Tetapi saya diam saja karena betul-betul bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.
Tempat tidur saya cukup besar dan Inggrid kemudian menyutuh Nining untuk membuka baju sekolahnya dan telentang di tempat tidur didekat saya. Saya duduk dikasur dan melihat tubuh Nining yang masih begitu remaja. Payudaranya masih belum berbentuk, hampir rata tetapi sudah agak membenjol. Putingnya masih belum keluar, malahan sepertinya masuk kedalam. Inggrid kemudian merosot celana dalam Nining dan saya melihat kemaluan Nining yang sangat mulus, seperti kemaluan ibunya. Belum ada bibir luar, hanya garis lurus saja, dan diantara garis lurus itu saya melihat itilnya yang seperti mengintip dari sela-sela garis kemaluannya. Nining merapatkan pahanya dan matanya menatap kearah ibunya seperti menunggu apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Saya mengelus-elus bukit venus Nining yang agak menggembung lalu saya coba merenggangkan pahanya. Dengan agak enggan, Nining menurut, dan saya berlutut di antara kedua pahanya dan membungkuk untuk mencium selangkangan Nining.
“Ibu, Nining malu ah..” kata Nining sambil berusaha menutup kemaluannya dengan kedua tangannya. porno
“Ayo, Nining mau main kuda-kudaan, ndak?” kata Inggrid.
Saya mengendus kemaluan Nining dan baunya sangat tajam.
“Uh, bau pesing.” Saya berkata dengan agak jijik. Saya juga melihat adanya “keju” yang keputih-putihan diantara celah-celah bibir kemaluan Nining.
“Tunggu sebentar,” kata Inggrid yang lalu pergi keluar kamar tidur. Saya menunggu sambil mempermainkan bibir kemaluan Nining dengan jari-jari saya. Nining mulai membuka pahanya makin lebar.
Sebentar kemudian Inggrid datang membawa satu baskom air dan satu handuk kecil. Dia pun mulai mencuci kemaluan Nining dengan handuk kecil itu dan saya perhatikan kemaluan Nining mulai memerah karena digosok-gosok Inggrid dengan handuk tadi. Setelah selesai, saya kembali membongkok untuk mencium kemaluan Nining. Baunya tidak lagi setajam sebelumnya dan sayapun menghirup aroma kemaluan Nining yang hanya berbau amis sedikit saja. Saya mulai membuka celah-celah kemaluannya dengan menggunakan lidah saya dan Nining-pun merenggangkan pahanya semakin lebar. Saya sekarang bisa melihat bagian dalam kemaluannya dengan sangat jelas. Bagian samping kemaluan Nining kelihatan sangat lembut ketika saya membuka belahan bibirnya dengan jari-jari saya, kelihatanlah bagian dalamnya yang sangat merah.
Saya isap-isap kemaluannya dan terasa agak asin dan ketika saya mempermainkan kelentitnya dengan ujung lidah saya, Nining menggeliat-geliat sambil mengerang, “Ibu, aduuh geli, ibuu.., geli nian ibuu..”
Saya kemudian bangkit dan mengarahkan kepala penis saya kearah belahan bibir kemaluan Nining dan tanpa melihat kemana masuknya, saya dorong pelan-pelan.
“Aduh, sakit bu..,” Nining hampir menjerit.
“Dino, pelan-pelan masuknya.” Kata Inggrid sambil mengelus-elus bukit Nining.
Saya coba lagi mendorong, dan Nining menggigit bibirnya kesakitan.
“Sakit, ibu.” Cerita Seks Ku Diajari Ngesex Oleh Tante Inggrid
Inggrid bangkit kembali dan berkata,”Dino tunggu sebentar,” lalu dia pergi keluar dari kamar.
Saya tidak tahu kemana Inggrid perginya dan sambil menunggu dia kembali sayapun berlutut didepan kemaluan Nining dan sambil memegang batang penis, saya mempermainkan kepalanya di clitoris Nining. Nining memegang kedua tangan saya erat-erat dengan kedua tangannya dan saya mulai lagi mendorong.
Saya merasa kepala penis saya sudah mulai masuk tetapi rasanya sangat sempit. Saya sudah begitu terbiasa dengan lobang kemaluan Inggrid yang longgar dan penis saya tidak pernah merasa kesulitan untuk masuk dengan mudah. Tetapi liang vagina Nining yang masih kecil itu terasa sangat ketat. Tiba-tiba Nining mendorong tubuh saya mundur sambil berteriak, “Aduuh..!” Rupanya tanpa saya sadari, saya sudah mendorong lebih dalam lagi dan Nining masih tetap kesakitan.
Sebentar lagi Inggrid datang dan dia memegang satu cangkir kecil yang berisi minyak kelapa. Dia mengolesi kepala penis saya dengan minyak itu dan kemudian dia juga melumasi kemaluan Nining. Kemudian dia memegang batang kemaluan saya dan menuntunnya pelan-pelan untuk memasuki liang vagina Nining. Terasa licin memang dan saya-pun bisa masuk sedikit demi sedikit. Nining meremas tangan saya sambil menggigit bibir, apakah karena menahan sakit atau merasakan enak, saya tidak tahu pasti.
Saya melihat Nining menitikkan air mata tetapi saya meneruskan memasukkan batang penis saya pelan-pelan.
“Cabut dulu,” kata Inggrid tiba-tiba.
Saya menarik penis saya keluar dari lobang kemaluan Nining. Saya bisa melihat lobangnya yang kecil dan merah seperti menganga. Inggrid kembali melumasi penis saya dan kemaluan Nining dengan minyak kelapa, lalu menuntun penis saya lagi untuk masuk kedalam lobang Nining yang sedang menunggu. Saya dorong lagi dengan hati-hati, sampai semuanya terbenam didalam Nining. Aduh nikmatnya, karena lobang Nining betul-betul sangat hangat dan ketat, dan saya tidak bisa menahannya lalu saya tekan dalam-dalam dan air manikupun tumpah didalam liang kemaluan Nining. Nining yang masih kecil. Saya juga sebetulnya masih dibawah umur, tetapi pada saat itu kami berdua sedang merasakan bersanggama dengan disaksikan Inggrid, ibunya sendiri.
Nining belum tahu bagaimana caranya mengimbangi gerakan bersanggama dengan baik, dan dia diam saja menerima tumpahan air mani saya. Saya juga tidak melihat reaksi dari Nining yang menunjukkan apakah dia menikmatinya atau tidak. Saya merebahkan tubuh saya diatas tubuh Nining yang masih kurus dan kecil itu. Dia diam saja.
Setelah beberapa menit, saya berguling kesamping dan merebahkan diri disamping Nining. Saya merasa sangat terkuras dan lemas. Tetapi rupanya Inggrid sudah terangsang lagi setelah melihat saya menyetubuhi anaknya. Diapun menaiki wajah saya dan mendudukinya dan menggilingnya dengan vaginanya yang basah, dan didalam kami di posisi 69 itu diapun mengisap-ngisap penis saya yang sudah mulai lemas sehingga penis saya itu mulai menegang kembali. porno
Wajah saya begitu dekat dengan anusnya dan saya bisa mencium sedikit bau anus yang baru cebok dan entah kenapa itu membuat saya sangat bergairah. Nafsu kami memang begitu menggebu-gebu, dan saya sedot dan jilat kemaluan Inggrid sepuas-puasnya, sementara Nining menonton kami berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saya sudah mengenal kebiasaan Inggrid dimana dia sering kentut kalau betul-betul sedang klimaks berat, dan saat itupun Inggrid kentut beberapa kali diatas wajah saya. Saya sempat melihat lobang anusnya ber-getar ketika dia kentut, dan sayapun melepaskan semburan air mani saya yang ketiga kalinya hari itu didalam mulut Inggrid. “Alangkah lemaknyoo..!” saya berteriak dalam hati.
“Ugh, ibu kentut,” kata Nining tetapi Inggrid hanya bisa mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang dicekik lehernya. Cerita Seks Ku Diajari Ngesex Oleh Tante Inggrid
Hanya sekali itu saja saya pernah menyetubuhi Nining. Ternyata dia masih belum cukup dewasa untuk mengetahui nikmatnya bersanggama. Dia masih anak kecil, dan pikirannya sebetulnya belum sampai kepada hal-hal seperti itu. Tetapi saya dan Inggrid terus menikmati indahnya permainan bersanggama sampai dua atau tiga kali seminggu. Saya masih ingat bagaimana saya selalu merasa sangat lapar setelah setiap kali kami selesai bersanggama. Tadinya saya belum mengerti bahwa tubuh saya menuntut banyak gizi untuk menggantikan tenaga saya yang dikuras untuk melayani Inggrid, tetapi saya selalu saya merasa ingin makan telur banyak-banyak. Saya sangat beruntung karena kami kebetulan memelihara beberapa puluh ekor ayam, dan setiap pagi saya selalu menenggak 4 sampai 6 butir telur mentah. Saya juga memperhatikan dalam tempo setahun itu penis saya menjadi semakin besar dan bulu jembut saya mulai menjadi agak kasar. Saya tidak tahu apakah penis saya cukup besar dibandingkan suami Inggrid ataupun lelaki lain. Yang saya tahu adalah bahwa saya sangat puas, dan kelihatannya Inggrid juga cukup puas.
Saya tidak merasa seperti seorang yang bejat moral. Saya tidak pernah melacur dan ketika saya masih kawin dengan isteri saya yang orang bule, walaupun perkawinan kami itu berakhir dengan perceraian, saya tidak pernah menyeleweng. Tetapi saya akan selalu berterima kasih kepada Inggrid (entah dimana dia sekarang) yang telah memberikan saya kenikmatan didalam umur yang sangat dini, dan pelajaran yang sangat berharga didalam bagaimana melayani seorang perempuan, terlepas dari apakah itu salah atau tidak.