Masih gatal?” tanyanya ramah.
“Sedikit Mbak,” kataku. “Mbak tadi ngapain sih?” aku bertanya. Entah, saat itu aku tidak tahu mau bicara apa.
“Enak ngak?” bukannya menjawab, dia malah balik bertanya.
Aku mengangguk, “Mbak masukin kontolku ke anunya Mbak ya?” tebakku tidak percaya.
“Iya, jangan bilang siapa-siapa ya?” dia tersenyum dan aku mengangguk mengiyakan. Siapa juga yang bakal bilang-bilang? Kemudian tangannya meraba boxerku, “Coba lihat,” katanya. Entah kenapa, aku hanya diam saja tidak protes. Mungkin karena teringat rasa nikmat tadi. vidio bokep
“Pantes, kamu nyukurnya ngak rapi,” katanya. sex
“Iya Mbak. Tapi ngak apa-apa. Nanti bisa dirapiin,” kututup lagi celanaku.
“Mbak mau loh bantu ngerapiin,” dia tertawa genit sebelum berlalu dari ruang makan. Aku hanya diam saja dan segera membawa piring kotorku ke belakang untuk dicuci.
Peristiwa itu terus aku ingat, bahkan sampai Ibu pulang pun aku masih melamunkan kejadian tadi. Dan esoknya aku bahkan ingin cepat-cepat pulang, walau aku tahu Mbak Nuri masih bekerja. Jantungku berdegup kencang ketika jam menunjukkan sekitar pukul dua siang. Aku terus melihat ke jendela, bahkan ketika sosok Mbak Nuri terlihat dari jauh, jantungku makin berdegup tidak karuan. Ketika kudengar pintu depan dibuka, aku malah masuk ke kamarku.
“Kamu sudah makan?” tanyanya saat melintas di depan kamarku. Aku mengangguk pura-pura membaca buku. Dia kemudian berjalan ke belakang entah apa yang ada dipikiranku saat itu, aku akhirnya keluar dan menunggunya di meja makan. Tidak lama kemudian dia muncul.
“Mbak ngak makan?” kataku saat kulihat dia minum dan hendak masuk kamar lagi.
“Tadi sudah makan bakso, masih kenyang.” katanya.
Aku tidak tahu harus berkata apa lagi, jadi kubiarkan Mbak Nuri masuk ke kamarnya. Aku terus duduk menunggunya keluar, saat itu entah kenapa kurasakan kontolku bergerak dan perlahan-lahan mulai menegang dan mengeras. Saat sudah nganceng maksimal, pintu kamar Mbak Nuri terbuka. Aku melihat ke arahnya dan tersenyum.
“Lagi apa, kok masih di sana?” kata Mbak Nuri curiga. Dia sudah berganti pakaian, tapi masih tetap baju terusan panjang dan jilbab lebar.
“Ngak Mbak.. Ini…” jawabku bingung. “Kenapa kontolku gatal terus ya Mbak?”
Mbak Nuri tersenyum, kemudian menghampiriku. Dia melotot melihat celanaku yang sedikit nimbul. Perlahan dia meraba dan senyumannya menjadi makin lebar. “Mau kayak kemarin ngak?” katanya menggoda dan aku langsung megangguk cepat.
“Di kamar Mbak aja yuk,” dia mengajak. Aku mengangguk lagi, segera kuikuti langkahnya. Sampai dikamar Mbak Nuri menyuruhku berbaring, aku menurut. Perlahan dia menarik celanaku dan tersenyum, “Iihh.. kok sudah bangun sih?” katanya gemas.
“Ngak tahu Mbak,” jawabku malu.
Aku sempat kaget saat kemudian tanpa malu, Mbak Nuri membuka satu persatu pakaiannya, termasuk juga jilbab putih yang dia kenakan. Kulihat payudaranya yang besar dan bulat menggantung indah di depan dadanya. Warnanya putih dan mulus sekali serta ada banyak urat-urat halus kehijauan di sekujur permukaannya. Tapi yang membuatku tidak berkedip adalah tonjolan puting di puncaknya yang berwarna merah kecoklatan. Benda itu tampak mungil dan menggemaskan sekali.
Kemudian kualihkan pandanganku ke kumpulan rambut hitam di bawah pusarnya terlihat cukup lebat dan panjang. Sepasang pahanya juga tampak mulus menggiurkan, ditambah bulatan bokong yang pada dan mengkal Jadilah dia sangat sempurna sekali dimataku. Mbak Nuri kemudian berbaring disampingku.
“Ayo naik, tempelin kontolu di anunya Mbak,” bisiknya di telingaku.
Aku pun naik ke atas tubuhnya lalu kutindih dia dan kupeluk erat. Mbak Nuri membalas dengan merangkul tubuh kurusku tidak kalah eratnya. jantungku bergejolak saat kontolku perlahan menempel di depan lubang memeknya. Mbak Nuri lalu membuka kakinya sekarang sehingga aku bisa melakukannya dengan mudah. Kudiamkan sebentar, kubiarkan alat kelamin kami saling menempel dan menyapa. Saat itu Mbak Nuri menekan-nekan payudaranya di dadaku dan memintaku untuk memegang seta meremasnya.
“Kontolmu besar ya?” bisiknya saat tanganku mulai meraba dan mengelusnya pelan. Kurasakan betapa empuk dan halus permukaannya. Putingnya yang terasa mengganjal di sela-sela jariku, kujepit dan kupilin-pilin ringan. Mbak Nuri tersenyum melihatnya.
“Mbak masukin ya?” kataku sambil mengecup pipinya. Dia mengangguk dan kemudian meraba kontolku. Dengan bantuan tangannya, perlahan kontolku mulai masuk ke ruang hangat dan sempit yang sejak tadi aku inginkan.
“Nah gerakin naik turun,” katanya saat batang kontolku sudah terbenam total di dalam lubang memeknya.
Aku menurut sambil terus meremas-remas bulatan payudaranya, perlahan aku mulai menggerakan pantatku, mengikuti arahan tangannya yang ada di pinggangku. Rasa nikmat menjalar di seluruh tubuhku saat alat kelamin kami saling bertemu dan bergesekan. Ironisnya, nikmat itu kudapatkan dari wanita yang seharusnya menjadi milik kakakku Mas Heri.
Di atas ranjangnya, kudapati kenikmatan yang luar biasa saat kontolku mulai bergerak cepat di atas memek tembem Mbak Nuri. Nikmat yang selalu terbayang di kepalaku ketika aku melihat tubuh mulusnya, sehabis mandi. Mbak Nuri pun seakan tidak mau hanya pasrah menerima sodok-sodokanku, perlahan mulutnya mulai menghisap tetekku, memberi kenikmatan lain yang menjadikanku semakin tidak peduli bahwa aku telah merasakan kenikmatan terlarang dari seorang wanita yang bukan milikku.
“Mbak….. enak Mbak…” kataku lirih.
“Masukin yang dalem!” sahutnya parau. Dan saat aku melakukannya, “Ohh… ya begitu… terus…. oooohhh… terus!” desah Mbak Nuri keenakan.
“Begini ya Mbak?” kataku sambil mencium bibirnya dan melumatnya pelan.
“Iya, kontolmu enak! Terus…. Ooohhh…. ” kata Mbak Nuri gelagapan.
“Mbak… Oohh…. Mbak…. Aaaahh… aaahhh….” akhirnya aku tidak kuasa menahan desakan air maniku.
Sambil menekan batang kontolku dalam-dalam, kubiarkan cairan putih lengket itu keluar di lubang memek kakak iparku. Setelah satu menit, perlahan aku terkulai di atas tubuh mulus Mbak Nuri.
“Mbak… enak mbak,” bisikku pelan.
“Mau lagi?” tanyanya pelan.
“Istirahat dulu Mbak,” kataku sambil mencabut kontolku. sex
Kuperhatikan lelehan spermaku yang merembes keluar dari celah memek Mbak Nuri. Dia mengelapnya dengan tisu yang ada di atas meja.
“Ambilkan Mbak minum ya? Haus nih,” dia meminta.
Setelah meremas-remas payudaranya sebentar, aku pun keluar menuju dapur. Tubuhku tetap telanjang lalu kubawakan Mbak Nuri segelas air dingin. Dia hanya tersenyum saat menerimanya. Setelah menghabiskan isi gelasnya, dia menghampiriku di tepi ranjang.
“Bentar lagi Ibu pulang,” bisiknya penuh arti.
“Iya Mbak, gimana nih?” kataku. “Aku kan masih pengen,”
Begitulah kisah pengalamanku diajari ngentot oleh kakak iparku. Sampai saat ini aku masih melakukan hubungan badan dengan Mbak Nuri sampai dia mempunyai 2 orang anak dari Mas Heri. Tapi anak keduanya sangat mirip dengan mukaku, apa mungkin itu anakku hasil hubunganku dengan Mbak Nuri? Cuma Mbak Nuri yang tahu.