Saat ini perkembangan teknologi komputer hingga smartphone sudah sangat canggih. Kemajuan inovatif teknologi ini memungkinkan manusia untuk melakukan apapun hal yang ia mau, termasuk Generasi Z atau Gen Z yang tidak bisa dipisahkan dengan teknologi.
Tidak terlepas dari dunia hiburan, sebagian Gen Z mungkin pernah menonton film porno atau film bergenre 18+. Film dewasa yang lekat dengan adegan telanjang dan erotis ini digemari sebagian orang, meski ada juga yang tidak menyukainya.
Lekatnya Gen Z dengan teknologi membuat film ilegal pun dapat diakses. Rasa penasaran Gen Z terhadap film dewasa ini pun memungkinkan mereka mengakses film tersebut dari berbagai sumber online.
Sejumlah Gen Z membagikan pengalaman mereka saat pertama kali menonton film porno. Ada yang mempunyai reaksi unik, sementara beberapa orang mengaku tidak sengaja menonton film tapi ternyata ada adegan dewasa di dalamnya.
Berikut rangkuman wawancara Citizen6 Liputan6.com dengan sejumlah Gen Z seputar pengalaman pertama mereka menonton film porno.
Reaksi Pertama Kali Saat Menonton Film Porno
Kami menanyakan kapan pertama kali narasumber yang semuanya termasuk Gen Z mengenai kapan pertama mereka menonton film porno dan bagaimana reaksinya. Jawaban pun bervariatif dan pengalaman antara satu dengan lain berbeda-beda.
Ada narasumber yang tidak sengaja menonton film dewasa. Ada pula yang memang sengaja mencari tahu.
Salah satunya adalah RA, pria berusia 21 tahun yang merupakan mahasiswa jurusan Management di salah satu universitas negeri di Jakarta. RA pertama kali menonton film dewasa saat kelas 6 SD.
“Gue nonton pertama kali (saat) SD kelas 6, lewat warnet (warung internet, -red). Tipis-tipis gue mencet website bokep, pada saat itu reaksi gua sedikit rada aneh, tapi kok??” kata RA, Jumat (21/10/2022).
Sementara itu, ada pula Gen Z yang terkejut dan tidak menyangka film yang disaksikannya beradegan erotis.
“Pertama kali nonton tuh pas sekitar transisi dari SMP ke SMA, lewat film Fifty Shades of Grey,” kata QR, perempuan 22 tahun yang kini masih mahasiswi di sebuah universitas di Bandung.
QR menonton film tersebut secara tidak sengaja. Ia mengikuti teman-temannya yang menyaksikan film tersebut, karena Fifty Shades of Grey tengah jadi perbincangan di kelas saat itu. Menonton film tersebut pun menjawab rasa penasarannya.
“Gue kira apaan ya, soalnya lagi ramai diomongin anak-anak kelas waktu itu, terus akhirnya nonton, tapi ramean sama teman-teman gue,” ujar QR.
Ia pun mengaku terkejut karena filmnya dinilai ‘brutal’. “Reaksi pas pertama kali kaget, hahaha, beneran kaget, ternyata sebrutal itu,” kata QR, menambahkan.
Ada pula Gen Z yang mengaku canggung saat menyaksikan film dewasa karena menontonnya bersama-sama dengan teman.
“Nonton Fifty Shades of Grey waktu itu pas SMP, lupa tahun berapa. Reaksinya sih jadi rada awkward gara-gara nontonnya ramean,” kata HA, mahasiswi semester 7 berusia 21 tahun dari sebuah kampus di Jakarta.
Salah satu Gen Z yang diwawancarai mengatakan film porno dapat dikategorikan sebagai sex education dan menonton film porno adalah hal wajar, apabila dilakukan saat pubertas.
“Anak di bawah umur masih duduk di bangku SD dan SMP, yang berarti enggak wajar. Terkecuali waktu SMA, wajar aja mereka rata-rata sudah puber,” kata FA, mahasiswa Ilmu Komunikasi di salah satu universitas di Jakarta.
Menurutnya, film porno bisa jadi merupakan bahan untuk pendidikan seks.
“Film porno termasuk sex education. Lalu penting juga (bagi mereka) usia di bawah umur 18 tahun. Terutama usia remaja minimal usia 13 tahun dikenalkan apa itu sex education, hingga dampak negatifnya,” ujar mahasiswa semester 7 ini.
Namun, ada juga Gen Z yang mengatakan film porno bukan bentuk pendidikan seks, melainkan murni hanya hiburan dan tidak mengajarkan nilai moral.
“Menurut gue, film porno tidak termasuk dalam bentuk pendidikan seks, ini yang murni film porno ya. Soalnya kayaknya based on cerita orang-orang yang pernah nonton (film porno) sih gue nangkepnya mereka enggak ada ngasih pesan moral gitu loh,” kata QR.
Selain tidak mengajarkan pesan moral, sebagian orang menganggap film porno sangat berbahaya, apalagi jika sampai ditiru secara bebas.
“Misal kayak sebab akibat deh, lo bukan suami istri dan seks tanpa kondom. Is it safe? Tentu saja enggak. Risikonya apa? Cewek bisa hamil atau mungkin keduanya kena penyakit kelamin,” kata QR.
Hal lain yang dianggap negatif oleh Gen Z adalah penggambaran hubungan antarsaudara atau incest yang kerap ditampilkan di film porno.
“Belum lagi, gue juga denger kalau ada porn film yang karakternya ternyata incest, sudah jelas banget itu tidak sehat,” tambah mahasiswi ini.
Menurutnya pendidikan seksual seharusnya dari dilakukan oleh ahlinya dan disebarkan melalui media yang sepantasnya.
“Lebih baik, pendidikan seksual dijelaskan langsung sama ahlinya entah lewat media apa pun, yang jelas jangan film porno. Soalnya orang belum tentu bisa memilah mana yang harus dia ambil dan mana yang harus dia buang jauh-jauh,” ujar QR.
Lebih lanjut QR juga menyebutkan pentingnya pendidikan seksual sejak dini. Apalagi menurutnya, pendidikan seksual bukan hanya seputar berhubungan seks tetapi juga mencakup kesehatan organ vital.
Jadi, menurut pemahaman Gen Z, hal-hal berkaitan dengan seks dan pendidikan seksual harus diedukasi sejak dini agar tidak menyebabkan kerugian bagi Gen Z itu sendiri.