Sex Cerita Dewasa Perasaan Yang Sangat Mendalam Part 2

Mas mengerti.” Ujarnya tersenyum. “Oh iya, Mas kemarin jalan-jalan gak sengaja melihat sesuatu yang menarik, Mas pikir kamu pasti menyukainya, jadi Mas belikan ini untukmu.” Sambungnya, lalu ia mengambil sesuatu di dalam sakunya.

Dia berjalan di belakangku, lalu kulihat dia melingkarkan sesuatu di leherku.

Ini… kalung berlian, aku tau ini harganya pasti sangat mahal sekali. Oh… Mas Anton, kamu begitu mengerti apa yang kuinginkan, berbeda dengan Suamiku, jangankan membelikanku perhiasan, menafkahiku saja dia sudah tidak mampu. Sex 

“Bagus banget Mas!”

“Kamu suka?” Aku mengangguk sembari tersenyum.

“Sangat suka Mas!”

“Itu untukmu… Orang yang sangat Mas sayangi!” Katanya, lalu ia mengecup pipiku.

Sekitar jam 12 malam, aku terbangun karena ingin buang air kecil. Kulihat putra semata wayangku Toni masih terlelap, sepertinya ia sedang bermimpi indah. Sex 

Sebenarnya Toni anak yang baik, jangankan menyakiti manusia, menyakiti binatangpun dia tak mampu, tapi entah kenapa tadi pagi dia sangat emosional terhadap sepupunya Irwan. Bahkan ia sempat menuduh Kakaknya sendiri yang memukulinya.

Eehhmm… Aku pasti akan mencari tau penyebabnya kenapa ia bisa seperti ini.

Oh… iya namaku Emi Sulia Salvina usiaku saat ini 35 tahun, sementara Suamiku Andre bekerja di Jakarta, biasanya ia pulang satu bulan sekali, bahkan tak jarang lebih lama dari itu.

Karena aku tipe wanita penakut, sehingga aku selalu meminta putraku untuk menemaniku tidur berdua di dalam kamarku, ketika Suamiku sedang tidak berada di rumah. Walaupun aku tau saat ini Toni sedang beranjak remaja, tapi aku merasa lebih aman tidur bersamanya.

Aku turun dari tempat tidurku, lalu mengambil kerudung rumahan berbahan kaos.

Perlahan aku melangkah keluar kamar agar tidak membangunkan putraku. Selesai buang air kecil, kulihat tv di ruang keluarga masih menyala, terakhir yang menonton adalah putraku, kupikir ia pasti lupa mematikan tvnya. Tapi ketika langkah kakiku memasuki ruang keluarga, aku mlihat ada seseorang yang sedang menonton tv.

“Irwan… kamu belum tidur?” Aku menghampiri Irwan yang sedang tiduran di sofa.

Melihat kedatanganku, Irwan buru-buru bangun. “Belum ngantuk Bunda.” Jawab Irwan, sembari menggeser posisi duduknya ketika aku hendak duduk.

Aku mendesah pelan. “Ini sudah jam dua malam, nanti besok kamu bisa kesiangan!” Kataku mengingatkan dirinya. Jujur saja aku masih merasa bersalah terhadapnya atas sikap anakku tadi pagi, aku takut ia masih tersinggung dengan perkataan anakku.

“Sebenarnya aku berencana mau pulang Bun, mau bantu Ibu Bapak di kampung?”

“Loh… kok pulang, kamu mau pindah sekolah?”

“Gak kok Bund, aku mau bantu Bapak aja di sawah, mereka mana ada uang Bun! Lagian sekolah di kampung jaraknya agak jauh Bunda.” Tuturnya, membuat hatiku miris mendengarnya.

“Kamu uda bosan sekolah?”

Dia tersenyum getir. “Iya gaklah Bunda, sekolah itu penting buat masa depan!” Jelasnya.

“Kenapa kamu mau berhenti? Kamu masih marah sama anak Bunda?” Tanyaku, dia hanya diam berarti dugaanku benar. “Bunda juga tidak mengerti kenapa Toni bisa menuduh kamu seperti itu, tapi yang pasti Bunda percaya sama kamu.” Jelasku, bagaimanapun caranya aku harus bisa membujuknya untuk tetap tinggal.

Dia menggeleng pelan. “Aku tidak marah sama Toni Bunda, aku mengerti kenapa Toni seperti itu, kalaupun aku berada di posisi yang sama seperti Toni, akupun juga pasti melakukan hal yang sama.” Jelasnya.

“Maksud kamu?”

“Toni cemburu sama Irwan.” Katanya, kemudian dia merebahkan kepalanya di pangkuanku, tapi aku hanya diam membiarkannya tiduran di pangkuanku. photomemek.com “Selama ini Toni selalu di manja, selalu mendapatkan perhatian lebih dari Bunda, tapi tiba-tiba mendadak aku hadir di keluarga ini, membuat dia resah kalau nanti aku mengambil Bunda darinya.” Aku mengangguk paham maksud perkatannya.

Wajar saja kalau ada kekhawatiran yang dirasakan anakku, karena selama ini ia tidak punya saingan untuk mendapat perhatian dariku, tapi tiba-tiba Irwan hadir, dan sedikit banyak mungkin anakku mulai merasa terancam dengan kehadiran Irwan, tapi yang kusesalkan adalah caranya. Dia tidak perlu menuduh Irwan agar di usir dari rumah ini, dia hanya bersikap sedikit lebi baik.

“Maafkan Toni ya Wan!”

“Toni sudah kuanggap seperti adikku sendiri.” Jawab Irwan, sembari tersenyum kepadaku.

“Berarti sudah tidak ada masalah lagikan? Kamu bisa melanjutlan sekolah di sini, Bunda pasti merasa kesepian kalau kamu pulang.” Kubelai rambutnya dengan perlahan, menandakan kalau aku sangat menyayanginya.

“Maafkan Irwan Bunda, tapi…. Irwan juga kangen Ibu.”

“Kan ada Bunda di sini, walaupun Bunda bukan Ibu kandung kamu, tapi Bunda juga sangat menyayangi kamu, sama seperti Ibumu” Jelasku, lalu kukecup lembut keningnya.

“Aku tau Bunda, selama ini rasa kangenku terobati setiap berada di dekat Bunda, tapi ada satu kebiasan Irwan lakukan sama Ibu, dan itu tidak mungkin bisa aku dapatkan dari Bunda.” Aku merenyitkan dahiku.

“Apa itu sayang?”

“Irwan malu Bunda.”

“Kok malu, Bunda akan melakukan apapun asal kamu mau tetap tinggal di rumah ini.” Kataku sembari tersenyum kepadanya.

“Janji Bunda tidak akan marah?”

“Janji!” Jawabku cepat.

“Jujur Bunda, walaupun aku sudah besar, tapi Ibu selalu memanjakanku, bahkan tak jarang memperlakukanku seperti balita, misalkan…” Dia menggantung ucapannya. “Setiap kali aku mau tidur, aku punya kebiasaan nenen sama Ibu!” Dia mengakhirnya dengan memalingkan wajahnya kekanan.

Astaga….! Anak sebesar ini masi suka nenen?

Entah kenapa aku jadi teringat cerita sahabatku, kalau putra bungsungnya masi suka menciumi tekiaknya atau mengendus-endus tubuhnya, kalau ia melarang putranya melakukan itu, anaknya pasti ngambek gak mau makan dan sekolah.

Tapi usia anaknya saat ini masih 9 tahun dan bisa maklumi, tapi Marwan?

“Jangan cerita kesiapa-siapa ya Tan? Marwan malu kalau sampe ada orang lain yang tau, ini biar menjadi rahasia kita berdua.” Aku mengangguk.

Entah kenapa ada perasaan kasihan melihat Irwan yang tampak menderita, di sisi lain aku bisa mengerti dan memaklumi kebiasaannya tersebut, tapi di sisi lain diriku menolak untuk mengganti posisi Ibu kandungnya yang terbiasa membiarkan Irwan menghisap payudarahnya walaupun anak ini sudah remaja.

Tapi Irwan sudah kuanggap seperti anak kandungku sendiri, apa salahnya kalau aku melakukan apa yang biasa di lakukan Ibunya, toh Irwan bukan anak yang nakal.

Tapi… tapi… Aaarrr… sial kenapa aku jadi deg-degkan seperti ini, ayo Emi cepat ambil keputusan, kamu ingin Irwan pulang kekampung halamannya atau kamu menginginkan Irwan tetap tinggal dirumahmu?.

Bagaimanapun juga dia bukan anak kandungku, dan bisa saja nanti dia terangsang? Aah… tidak mungkin, Irwan terlalu polos untuk terangsang, lagi pula kalau Irwan sampai pulang kekampung halamannya, apa yang harus kukatakan kepada Suamiku, bisa-bisa ia marah karena aku di anggap tidak becus mengurus Irwan.

“Irwan!” Panggilku lirih.

Entah dorongan dari mana, tiba-tiba saja aku membuka kancing gaun tidurku, lalu dengan perlahan kuselampirkan bagian atas gaunku kesamping pundakku sehingga aku yang tidak mengenakan bra ketika tidur mempertontonlan payudarahku di hadapannya.

Oh Tuhan… ini untuk kali pertama aku mempertontonkan payudarahku di hadapan anak laki-laki

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *