CERITA Sex HOT TANTE YANG MEMAKSAKU UNTUK MENJILATI MEMEKNYA Part 1

ini berawal ketika saya baru lulus SMA. Aku hanya sibuk – universitas sibuk. Pahami kota pelajar, semua orang sibuk mencari-cari sekolah. Tidak ada wanita bisbol yang sibuk berurusan dengan legalisir, diploma, formulir pendaftaran dan sebagainya. Begitu juga dengan saya. Aku telah memutuskan untuk pergi ke universitas negeri yang paling terkenal di kota. Untuk itu saya harus bekerja keras untuk lulus UMPETAN, masuk perguruan tinggi negeri ujian. Salah satu perjuangan saya adalah belajar sambil mencari mentor yang tahu tentang masalah UMPETAN. Sex 

Sore itu ketika saya tertegun di serambi rumah ngepasin merasa lelah setelah belajar sepanjang hari, Anto datang dengan motor barunya ‘ngacir’.

“Heh, … masuk dan keluar!” Kukatakan biarkan dia masuk ke rumahku.

“Dia … dia … dia … dia …, tidak perlu, … aku cepat” jawabnya sambil meringis seperti kuda.

“Apa sih, koq kesusu ya? Dateng baru sudah mau ngacir lagi!, Duduk dulu!” Kataku kesel.

“Anak itu tidak baik?”, Katanya dengan tidak benar,

“Kamu sudah mandi belon?”.

“Lezat aja, ya tidak, saya tidak tahu kamu aja!”, Timpalku.

“Udah, cepat, jangan mandi, ganti baju disana, lalu pakai sepatu, kamu ikut dengan saya”.

“Uh, apa ini aku bukan polos pak Bukan aku yang mencuri kemaluannya, he .. dia .. ada apa?”

“Aaah, tidak perlu tanya banyak, cepat !!!”, katanya jahit. “Ya, ya, … santae aja”, jawab saya. Sex

Cerpen saya dan antok pergi bersama motor ngacirnya. Di tengah perjalanan aku mulai tidak menunggu. Saya bertanya kepada Antok yang sedang berkonsentrasi mengendarai sepeda motor.

“Eh, kemana kamu pergi? Seperti cerita detektif aja pake rahasia – rahasia semuanya!”,

“Tenang saja, katanya kita ingin lulus UMPTN, naah, saya ajak saya ke tempat yang saya tahu, dia tentor tuntunan belajar ‘primagama’. Sekarang dia tidak lagi mengajar. Jadi, .. kita bisa belajar sama dia untuk? “, jawabnya.

“Huuuu … saya pikir di mana … jika Anda tahu, saya tidak mau datang …. Cukup lelah nih otak saya, sepanjang hari hanya memikirkan sinus kosinus yang sama adalah namanya”, kataku singkat.

“Sinterklas aja, ntar disana kamu akan seger lagi, dijamin deh!”, Jawabnya. Ya, saya pikir. Pokoknya mau lagi, sudah jauh dari rumah juga.

10 menit kemudian kami sampai di daerah utara kota pelajar tercinta ini. Daerah ini terkenal sejuk dan sepi, begitu banyak orang datang ke sini untuk refreshing dan tentunya berkencan. Dulu saya sering kesini pacaran saya yang begitu sableng rada. Begitu kita sengaja berkencan disini malem – malem, karena sepi dan tentu saja bisa sedikit menyenggol di sana senggol disini. Ada seni sendiri berpacaran sambil duduk di atas sepeda motor. Seringkali, kita memiliki tempat favorit, tempat yang strategis dimana tidak ada yang bisa melihat kita bersama.

Tapi sebaliknya, dari tempat itu kita bisa ngawasin bebas segala perilaku orang yang datang dan berkencan. Seringkali kita saling bertemu saat melihat ‘live show’. Saya sering bermain di klitorisnya dan dia juga dengan lembut menggosok otongku saat kami berdua ngitip orang gituan dari jarak yang cukup dekat. Kami berdua pasti masih berpakaian lengkap karena takut tiba-tiba ada orang yang mergokin. Agar pakaian kita tidak kotor, saya sering memintanya ngisep ke klimaks di mulutnya.

Awalnya dia tidak menyukainya, tapi setelah dia mencoba ngrasain indra sperma saya, dia ketagihan. Gadis yang baik, jika klimaks tidak ngeluarin cairan sebanyak cowok jadi tidak perlu repot – repot mbersihinnya. Cara berkencan kayak gini ini membuat kami berdua puas – puas. Jadi puas, begitu jam terbang saya bisa klimaks empat sampai lima kali sementara dia bisa sampai belasan atau bahkan belasan kali, gila nggak?

Ingatanku bubar karena tiba-tiba Anto menyalakan motornya menuju rumah besar. Tidak terlalu mewah, bertingkat dua, dan terawat. Saya tidak sadar jika kita berdua sudah sampai di beranda.

“Tunggu sebentar?”, Kata Antok. Setelah turun dari motor Antok masuk ke rumah sementara saya ditinggalkan sendirian di halaman depan seperti blo’on.

Pemandangan yang bagus. Saat itu sekitar pukul setengah enam, matahari terbenam cerah dan sangat bagus. Rumah bagus, pikirku. Tenang, sejuk, jauh dari keramaian, kanan kiri hanya sawah. Tetangga pergi jauh sekali.

“Hei, berkeliaran !! Ntar kebobolan setan baru tahu seleramu !!”, geram si Antok yang rupanya sudah muncul lagi.
“Heh? Sudah? Senang meninggalkan orang!”, Jawabku.
“Sangat marah! Ayo masuk, saya kenal sama mbak Mirna”, katanya sambil meringis gigi mamerin.
“Mbak Mirna? Tentornya cewek? Aku kirain cowok !!”, jawabku.
“Hei .. ayo pergi …. Kenapa masih di luar ??? masuk … masuk!” Ternyata mbak Mirna, kenalan Antok telah membuka pintu kamar tamunya.

Manis juga, pikirku. Kulitnya putih putih, tinggi, sedikit lebih tinggi dari pada Antok. Kira-kira sekitar 163 cm. Wajahnya lonjong dengan hidung yang tajam. Yang paling menarik adalah bibirnya. Merah kecil pecah. Rambutnya hitam di bahu. Tubuhnya cukup bagus, agak kurus namun gemuk, terutama pantat dan dada.

Dia mengenakan rok putih pendek dan kemeja longgar. Kakinya sangat putih. Dari kemeja semi transparannya dia bisa melihat Bhnya yang ketat. Bra yang dia pakai adalah model BH tanpa gantungan baju, jadi pasrah saja. Saya tidak tahu seperti apa nama tapi sangat seksi. Kata Antok mbak Mirna ini baru berumur 24 tahun. Masih muda, pikirku.

Tanpa dua petunjuk, kami bergegas masuk

“Kenalin Di, ini mbak Mirna, kenalan saya … dia baik,” katanya dengan senyuman aneh.

“Andi”, saya katakan mengenalkan diri sambil mencoba memberi senyuman senyaman mungkin.

“Mirna”, jawabnya.

Tangan Mirna benar-benar mulus. Pikiran saya mulai ngeres mbayangin bagaimana jika tangan halus membelai Otong.

“Teman SMA-nya Antok ya?”, Dia memintaku untuk memecah pikiran saya.
“Eh, enggak kok kok, kita ketemu saat dia portir di pasaran,” kataku sambil mencoba bercanda.

Pok Tangan Antok mendarat di kepalaku

“Bagus sekali! Kuli kamu!”, Katanya.
“Dia .. dia … ..”, saya cengengesan.
“Udah, udah … ayo kita duduk dulu”, kata mbak Mirna sambil tertawa.

Kami duduk di kursi ruang tamu mewahnya.

“Rumah sendiri mbak?”, Saya bertanya basi.

“Oh, enggak … disewa, sewa rumah bersama teman-teman saya, lebih nyaman menyewa rumah”, katanya.

“Koq sepi?” Tanyaku lagi

“Ya, untuk pengajaran di ‘primagama ya ginilah keadaan, di pergantian rumah, paling banyak mereka pulang jam sembilan, Eh, sebentar saja, jangan minum dulu.”. Sesaat kemudian Ms. Mirna masuk.

“Uh, … Di, saya pergi rokok sebentar ya? Anda di sini dulu, paling tidak lima belas menit saya pergi”, kata Antok tiba-tiba.

“Tidakkah kamu hanya membeli di jalan?!”, Kataku.

“Lupa, sebentar saja?”, Katanya ngeloyor pergi.

Tak lama kemudian dia berkata, … Saya tahu jika kepergiannya akan lama, karena Antok adalah perokok fanatik merk Marlboro yang sama. Kalau merek bisbol dia tidak mau. Dan merek itu biasanya hanya dijual di toko-toko besar seperti supermarket. Apalagi, selama perjalanan di sini saya tidak melihat supermarket, jadi pasti sudah lama berlalu. Kudengar motor Antok tinggalkan aku sendiri. Ah, neraka, …. Terus lama, biar bebas untuk bicara dengan Ibu Mirna, pikirku.

“Kenapa, dimana Antok?”, Tanya Mirna mbak yang tiba-tiba muncul sambil membawa dua gelas es teh alias es teh.

“Pergilah mbak, pergi rokok”, jawabku sebentar.

“Baiklah, …. Mari kita minum dulu ..”, jawab mbak Mirna

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *