Cerita Sex Francesca Dan Andrea PART 1

Mereka terkadang menggunakan bahasa Inggris saat bercanda, yang sepertinya merahasiakan sesuatu kepada saya. Dari perbincangan kami malam itu, mereka memutuskan hendak menikmati sunrise dari puncak gunung. Sex 

Akhirnya kami sepakatmaka untuk berangkat dari tempat kemah sekitar pukul 1 pagi. Saya mempersilahkan mereka membawa barang secukupnya supaya tidak repot di jalan, tentu saja uang dan barang berharga mereka harus dibawa, sedangkan yang lain dapat ditinggalkan di dalam tenda. Saya menjamin, semuanya akan aman. Mereka menyetujui usul saya.

Setelah menjelaskan rute perjalanan dan tempat-tempat yang akan dilewati, mereka bertanya tentang air terjun yang indah itu. Saya pun menjelaskannya dalam bahasa Indonesia. Begitu antusias Cesca dan Dhea, mendengar penjelasan saya, khususnya mengenai air terjun itu yang airnya bukan saja menyegarkan tubuh, tetapi juga bisa dipercaya membuat awet muda. Rupanya ke dua cewek bule yang cantik dan sexy ini mau awet muda juga.

Setelah menjelaskan itu semua, saya menyarankan untuk istirahat. Waktu saat itu sudah menunjukkan pk 10.00 malam, berarti masih ada waktu sekitar 3 jam untuk istirahat. Cesca dan Dhea menyetujui hal itu, dan malam itu mereka istirahat. Saya masih di depan tenda, memikirkan rencana perjalanan besok.

Sedang enak-enaknya berpikir sambil merokok, saya bisa melihat apa yang di lakukan Cesca dan Dhea di dalam tenda itu. Jelas kelihatan dari tempat duduk saya, bila memandang ke tenda yang mereka tempati dengan hanya di terangi lampu kecil di dalamnya, Cesca dan Dhea melepaskan kaosnya masing-masing. Jelas sekali siluet tubuh mereka dengan tonjolan payudaranya yang indah membayang seolah menembus tenda itu. Betapa cantik dan molek ke dua cewek bule itu.

Pemandangan itu tentu saja membuat saya terangsang. Tetapi, saya tidak berani bertindak sembarangan. Saya pun akhirnya masuk ketenda untuk istirahat, supaya tubuh ini tetap sehat saat perjalanan sebentar pagi. Sekitar pk 00.30 lewat, saya keluar tenda dengan baju yang tebal dan berlapis-lapis untuk mengusir hawa dingin, lalu membereskan barang-barang yang nanti akan saya bawa.

Saya menunggu mereka di luar tenda. Sekitar 20 menit menunggu akhirnya Cesca dan Dhea keluar dari tendanya, rupanya mereka sudah menggenakan kaos yang semalam mereka pakai, tetapi masih mengenakan hotpansnya. Setelah memakai sepatu, mereka mengenakan jaket mereka masing-masing.

Melihat hal itu, saya berpikir dalam hati dan menilai bahwa mereka cukup nekad berhadapan dengan hawa dingin, bukannya pakai celana panjang, tetapi pakai celana hotpans yang bahannya dari kaos. Mungkin mereka sudah biasa di hawa dingin, sehingga tahan dengan hawa seperti ini. Setelah dirasa siap semua, kami pun berangkat.

Dalam perjalanan, yang saya perhatikan, mereka saling becanda dan menggoda. Terkadang mereka saling menyentuh anggota tubuh mereka masing-masing, bahkan saya melihat kalau Dhea dengan nakalnya meremas payudara Cesca. Tindakan itu, terkadang membuat saya risih, apalagi saat Cesca mau membalas ke Dhea. Dhea seolah menjauh dan berlindung di balik tubuh saya, akibatnya saya dijepit dua arah oleh kedua cewek bule itu.

Terkadang lengan saya, tanpa saya kehendaki, bersentuhan dengan payudara Cesca dan Dhea yang ranum itu. Begitu empuk payudara itu, saya pun jadi terangsang dengan tingkah becanda mereka yang memberi keuntungan pada saya. Mereka tampil seperti anak kecil yang sedang bercanda, dan sayalah yang menikmati enaknya. 

Dalam perjalanan itu, hawa dingin dan sepi menyelimuti kami. Bagi saya yang mengenakan baju hangat, tidak begitu terganggu dengan hawa dingin ini, begitu pula Cesca dan Dhea, karena mereka terus bercanda, sehingga mereka merasa hangat. Tak terasa, akhirnya kami sampai di puncak gunung, langit mulai terang. Tak beberapa lama kemudian, kami menikmati terbitnya matahari perlahan demi perlahan.

Saya duduk di atas sebuah batu sambil menikmati keceriaan mereka. Tak henti-hentinya mereka mengabadikan terbitnya matahari dengan kameranya. Silih berganti pula, mereka saling foto, sampai akhirnya saya pun diajak untuk berfoto bersama dengan mereka. Saya merasakan, inilah pengalaman yang paling indah dan menyenangkan selama saya menemani tamu.

Tak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 7 pagi, dan kami memutuskan untuk menuju air terjun. Perjalanan menuju air terjun, kami tempuh sekitar 1 jam lebih. Hawa dingin yang baru saja kami alami, kini sudah berganti dengan teriknya sinar matahari. Karena hawa sudah mulai hangat, saya melepas baju dingin dan jaket lalu memasukkannya ke dalam tas ransel. Sex 

Cesca dan Dhea pun melakukan yang sama, mereka melepaskan jaketnya. Kembali pemandangan yang semalam saya lihat, muncul lagi pada pagi ini. Sekali-sekali saya melirik tubuh mereka yang terbuka, yakni paha dan belahan dada mereka. Saya bisa menerka, kalau mereka saat ini tidak menggenakan bra. Sepertinya sudah menjadi kebiasaan mereka dengan berpergian tanpa bra. Untung saja, jalan yang kami lalui sepi sekali.

Selama dalam perjalanan, kami tidak berjumpa dengan orang lain. Kini saya bisa membayangkan betapa padatnya tubuh mereka berdua, dengan payudara yang montok, dan paha yang mulus. Keringat yang keluar dari ubun-ubun kepala mereka mengalir melewati pipi, menambah betapa seksinya mereka saat itu. Beberapa kali saya melihat Cesca dan Dhea mengelap keringat di kening mereka dengan mengenakan ujung kaos mereka.

Akibatnya, beberapa kali pula saya melihat tubuh ramping mereka yang begitu putih saat mereka mengelap keringat di dahinya dengan ujung kaos itu. Bahkan, saya bisa melihat payudara Cesca yang putingnya berwarna kemerahan saat ia mengusap keringat di dahinya. Mereka pun tetap becanda penuh gembira dihadapan saya, becanda yang membangunkan kelelakian saya.

Bayangkan saja, Cesca dengan begitu nakalnya membantu Dhea mengusap dahinya yang berkeringat dengan mengangkat ujung kaos Dhea tinggi-tinggi sehingga payudara Dhea yang sekal dan berisi tanpa ditutup bh, kelihatan jelas di hadapan saya. Betapa putingnya itu, menantang untuk dihisap. Dhea yang diperlakukan spt itu, bersijap cuek saja. Bahkan, Dhea membalas perlakuan Cesca itu dengan juga mengangkat ujung kaos itu, dan mengusap wajah Cesca.

Itulah becandanya cewek bule yang sangat sensasional, seolah membangkitkan nafsu saya. Sesampainya di air terjun itu, suasana begitu sepi, hanya kami bertiga yang ada di sana. Sejuk sekali air itu, sehingga saya ingin mandi di sana. Tetapi saya sadar, lalu berpikir untuk menunda mandi. Lebih baik, saya menunggu keinginan tamu saya itu. Rupanya Cesca dab Dhea sudah melepas sepatu mereka, dan meletakkannya di atas bebatuan. Mereka sedang asyik main siram-siraman air. Terkadang kenakalan mereka keluar dengan menyiram tubuh saya dengan air.

Karena suasana sudah akrab, saya meletakkan ransel saya dan melepas sepatu gunung saya dan ikut dalam keriangan mereka. Saya membalas perlakuan mereka yang menyiram saya dengan perlakuan yang sama. Baju kami masing menjadi basah. Dan akhirnya, suatu pemandangan yang indah sekali ada di hadapan saya.

Saya begitu terkejut, ketika Cesca dan Dhea melepaskan kaosnya masing-masing. Kini di hadapan saya, terpampanglah dua tubuh sexy yang luar biasa indahnya, telanjang dada. Betapa indah, putih dan mulusnya tubuh kedua wanita bule itu dengan sepasang payudaranya yang montok, ranum dan indah itu. Tidak ada sedikit pun rasa malu yang saya lihat pada wajah mereka.

Bahkan lebih gila lagi, tiba-tiba Cesca menurunkan celana hotpans Dhea, bersamaan dengan cdnya. Begitu pula sebaliknya, Dhea menurunkan celana hotpant Cesca dan meloloskannya lewat kaki indah itu. Luar biasa pemandangan indah yang saya saksikan di tempat itu. Tubuh Cesca dan Dhea, bugil polos tanpa tertutup benang sehelaipun terlihat bebas di hadapan saya. Sepasang tubuh yang mulus, tubuh wanita bule dalam keadaan telanjang bulat. Tidak ada rasa malu atau risih dari mereka, justru saya yang terbengong menatap tubuh bugil mereka.

Bahkan, dengan menggunakan bahasa Indonesia yang sudah dikuasai, mereka mengajak saya untuk terlibat dalam keriangan itu sambil mandi bersama. Dengan berlagak malu, kulepaskan kaos dan celana panjangku. Meskipun aku paham sekali kalau jam segini, lokasi ini pasti sepi, aku tetap tidak berani membuka cd ku, penutup terahir yang menempel menutup penisku.

Saya mengagumi keberanian kedua cewek bule ini yang sangat berani tampil bugil. Perlahan-lahan saya dekati mereka, dan mereka menyambut ke datangan saya dengan tepuk tangan. Nikmat rasanya mandi bersama ke dua wanita bule yang sudah bugil itu.

Tiba-tiba aku terkejut dan bingung juga ketika Cesca memasukkan tangannya yang lembut ke dalam cdku dan meremas batang penisku yang sudah menegang. Dari beberapa wanita yang pernah main sama aku, mereka selalu mengatakan kalau penisku ini besar dan panjang. Mereka sangat puas bersetubuh denganku. Misalkan saja ce Maya, istri simpanan juragan angkot yang bahenol itu yang pernah mengajakku main gila, begitu nafsu sekali saat aku setubuhi. Ce Maya memuji keperkasaan penisku yang mendatangkan kenikmatan itu.

Gilanya lagi, perlakuan Cesca padaku, membuat saya menikmati remasan jemarinya yang lentik di penisku. Saya pun membalasnya dengan meremas payudara Cesca dan memainkan putingnya. Dia diam saja dan membiarkan tubuh telanjangnya yang indah itu diraba dan diremas oleh tangan saya. Dhea yang berada dekat dengan kami, tidak tinggal diam, dia pun dengan menempelkan payudaranya yang sekal dan bening itu, menarik turun cd yang saya pakai sampai lepas dari tubuh saya.

Akhirnya, kini kami bertiga telanjang bulat, bugil polos. Aku kagum akan tubuh Cesca dan Dhea yang putih mulus, payudara yang mengantung indah dihiasi putingnya yang menawan, dan vagina yang menantang dengan dihiasi bulu kemaluan yang juga pirang itu. Sungguh suatu pemandangan indah yang menarik untuk disantap, sudah tersedia di hadapanku. Rupanya mereka kagum dengan batang penisku yang sudah membengkak itu, begitu kencang, besar dan panjang.

Tak henti-hentinya mereka meremas penisku yang sudah tegang itu dan mengelus biji pelirku. Aku pun membalas perlakuan mereka dengan melingkarkan tanganku pada pundak mereka dan mencomot payudara mereka serta meremasnya lembut. Memang kontras sekali antara tubuh mereka yang begitu halus, indah, bening bagai pualam, dibandingkan dengan tubuhku yang kurus, kasar dan hitam ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *