CERITA Sex DEWASA – TAK KU SANGKA MEKIKU BEGITU KENCANG Part 1

Kisah yang aku alami diman aku mersakan tubuh wanita STW , disaat liburan sekolah sudah mulai aku mengisi waktu dengan piknik ke rumahnya sopir yang bekerja di rumahnya tetanggaku , dia bernacana untuk pulang kampung aku mendapat ijin dari orangtua untuk berlibur di kampungnya mas Andra. Dia juga ingin menjenguk istrinya di rumah.

Tepatnya daerah a]Jawa barat dia berkata bahawa di kampungnya banyak wanita yang cantik cantik dengan kulit yang putih dan mulus, karena penasaran yang tinggi aku ingin engetahui apa benar apa yang di katakan mA andra tadi, Sex 

Dengan mobil pinjaman dari ayahku, kami berangkat ke sana. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya sekitar jam 17.00 WIB kami tiba di kampungnya. Rumah Mas Andra berada cukup jauh dari rumah tetangganya. Rumahnya cukup bagus, untuk ukuran di kampung, bentuknya memanjang.

di rumah Mas Andra kami disambut oleh Mbak Lisye istrinya dan Tante Dona mertuanya. Ternyata Mbak Lisye, istri Mas Andra, seorang perempuan yang sangat cantik. Kulitnya putih bersih dan bodynya sangat sexy.

Sedangkan Tante Dona tak kalah cantiknya dengan Mbak Lisye. Meskipun sudah berumur empat puluhan, kecantikannya belum pudar. Bodynya tak kalah dengan gadis remaja. Oh ya, Tante Dona bukanlah ibu kandung Mbak Lisye.

Tante Dona kimpoi dengan Bapak Mbak Lisye, setelah ibu kandung Mbak Lisye meninggal. Tapi setelah lima tahun menikah, bapak Mbak Lisye, yang meninggal, karena sakit. Jadi sudah sepuluh tahun Tante Dona menjanda.

Sekitar jam 20.00 WIB, Mas Andra mengajakku makan malam ditemani Mbak Lisye dan Tante Dona. Sambil makan kami ngobrol diselingi gelak tawa. Walaupun kami baru kenal, tapi karena keramahan mereka kami serasa sudah lama kenal.

Selesai makan malam Mas Andra dan Mbak Lisye permisi mau tidur. Mungkin mereka sudah tak sabar melepaskan hasrat yang sudah lama tak tersalurkan. Tinggal aku dan Tante Dona yang melanjutkan obrolan. Tante Dona mengajakku pindah ke ruang tamu. Pas di depan kamar Mas Andra.

Saat itu Tante Dona hanya mengenakan baju tidur transparan tanpa lengan. Hingga samar-samar aku dapat melihat lekuk-lekuk tubuhnya yang sexy. Tante Dona duduk seenaknya hingga gaunnya sedikit tersingkap. Sex 

Aku yang duduk dihadapannya dapat melihat paha mulusnya, membangkitkan nafsu birahiku. Penisku menegang dari balik celanaku. Tante Dona membiarkan saja aku memelototi paha mulusnya. Bahkan dia semakin lebar saja membuka pahanya.

Semakin malam obrolan kami semakin hangat. Tante Dona menceritakan, semenjak suaminya meninggal, dia merasa sangat kesepian. Dan aku semakin bernafsu mendengar ceritanya, bahwa untuk menyalurkan hasrat birahinya, dia melakukan onani. Kata-katanya semakin memancing nafsu birahiku. Aku tak tahan, nafsu birahiku minta dituntaskan.

Akupun pergi kekamar mandi. Sampai di kamar mandi, kukeluarkan penisku dari balik celanaku. Kukocok-kocok sekitar lima belas menit. Dan crot! crot! crot! Spermaku muncrat kelantai kamar mandi. Lega sekali rasanya.

Setelah menuntaskan hasratku, aku balik lagi ke ruang tamu. Alangkah terkejutnya aku. Disana di depan jendela kamar Mas Andra yang kordennya sedikit terbuka kulihat Tante Dona sedang mengintip ke dalam kamar, Mas Andra yang sedang bersetubuh dengan istrinya.

Nafas Tante Dona naik turun, tangannya sedang meraba-raba buah dadanya. Nafsu birahiku yang tadi telah kutuntaskan kini bangkit lagi melihat pemandangan di depanku. photomemek.com Tanpa berpikir panjang, kudekap tubuh Tante Dona dari belakang, hingga penisku yang sudah menegang menempel hangat pada pantatnya, hanya dibatasi celanaku dan gaun tidurnya.

Tanganku mendekap erat pinggang rampingnya. Dia hanya menoleh sekilas, kemudian tersenyum padaku. Merasa mendapat persetujuan, aku semakin berani. Kupindahkan tanganku dan kususupkan kebalik celana dalamnya. Kuraba-raba bibir vaginanya.

“Ohh… Don… Enakk,” desahnya, ketika kumasukkan jari-jariku ke dalam lubang vaginanya yang telah basah. Setelah puas memainkan jari-jariku dilubang vaginanya, kulepaskan dekapan dari tubuhnya. Kemudian aku berjongkok di belakangnya.

Kusingkapkan gaun tidurnya dan kutarik celana dalamnya hingga terlepas. Kudekatkan wajahku ke lubang vaginanya. Kusibakkan bibir vaginanya lalu kujulurkan lidahku dan mulai menjilati lubang vaginanya dari belakang, sambil kuremas-remas pantatnya. Tante Dona membuka kedua pahanya menerima jilatan lidahku. Inilah vagina terindah yang pernah kurasakan.

“Oohh… Don… Nik… mat,” suara Tante Dona tertahan merasakan nikmat ketika lidahku mencucuk-cucuk kelentitnya. Dan kusedot-sedot bibir vaginanya yang merah.
“Ohh… Don… Luarr… Biasaa… Enakk… Sedott… terus,” pekiknya semakin keras.

Cairan kelamin mulai mengalir dari vagina Tante Dona. Hampir setiap jengkal vaginanya kujilati tanpa tersisa. Tante Dona menarik vaginanya dari bibirku, kemudian membalikkan tubuhnya sambil memintaku berdiri. Dia mendorong tubuhku ke dinding.

Dengan cekatan ditariknya celanaku hingga terlepas, maka penisku yang sudah tegang, mengacung tegak dengan bebasnya.

“Ohh… Luar biaassaa… Don… Besar sekali,” serunya kagum.
“Isepp… Tante, jangan dipandang aja,” pintaku.

Tante Dona mengabulkan permintaanku. Sambil melepaskan gaun tidurnya, dia lalu berjongkok dihadapanku. Wajahnya pas di depan selangkanganku. Tangan kirinya mulai mengusap-usap dan meremas-remas buah pelirku. Sedangkan tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku dengan irama pelan tapi pasti.

Mulutnya didekatkan kepenisku dan dia mulai menjilati kepala penisku. Lidahnya berputar-putar dikepala penisku. Aku meringis merasakan geli yang membuat batang penisku semakin tegang.

“Ohh… Akhh… Tan… Te… Nikk.. matt,” seruku tertahan, ketika Tante Dona mulai memasukkan penisku kemulutnya. Mulutnya penuh sesak oleh batang penisku yang besar dan panjang. penisku keluar masuk di mulutnya. Tante Dona sungguh lihai memainkan lidahnya. Aku dibuatnya seolah-olah terbang keawang-awang.

Tante Dona melepaskan penisku dari kulumannya setelah sekitar lima belas menit. Kemudian dia memintaku duduk dilantai. Dia lalu naik kepangkuanku dengan posisi berhadapan. Diraihnya batang penisku, dituntunnya ke lubang vaginanya.

Perlahan-lahan dia mulai menurunkan pantatnya. Kurasakan kepala penisku mulai memasuki lubang yang sempit. Penisku serasa dijepit dan dipijit-pijit. Mungkin karena sudah sepuluh tahun tidak pernah terjamah laki-laki. Meski agak susah, akhirnya amblas juga seluruh batang penisku ke dalam lubang vaginanya.

Tante Dona mulai menaik-turunkan pantatnya, dengan irama pelan. Diiringi desahan-desahan lembut penuh birahi. Sesekali dia memutar-mutar pantatnya, penisku serasa diaduk-aduk dilubang vaginanya. Aku tak mau kalah, kuimbangi gerakkannya dengan menyodok-nyodokkan pantatku ke atas. Seirama gerakkan pantatnya.

Oh, senangnya melihat penisku sedang keluar masuk vaginanya. Bibirku menjilati buah dadanya secara bergantian, sedangkan tanganku mendekap erat pinggangnya. Semakin lama semakin cepat Tante Dona menaik turunkan pantatnya. Nafasnya tersengal-sengal. Dan kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin keras.

“Ohh… Don… Aku… Mau… Keluarr,” pekiknya.

“Tahan… Tan… Te… Akuu… Belumm… Mauu,”sahutku.

“Akuu… Tak… Tahann… Sayang,” teriaknya keras.

Tangannya mencengkeram keras punggungku.

“Akuu… Ke… Ke… Luarr… Sayangg,” jeritnya panjang.

Tante Dona tak dapat menahan orgasmenya, dari vaginanya mengalir cairan yang membasahi seluruh dinding vaginanya.

Tante dona turun dari pangkuanku lalu merebahkan tubuhnya dipangkuan. Kepalanya berada pas diselangkanganku. Tangannya mengocok-ngocok pangkal penisku. Dan mulutnya mengulum kepala penisku dengan lahapnya.

Perlakuannya pada penisku membuat penisku berkedut-kedut. Seakan-akan ada yang mendesak dari dalam mau keluar. Dan kurasakan orgasmeku sudah dekat. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkanganku. Hingga penisku semakin dalam masuk kemulutnya.

“Akhh… Tante… Akuu… Mau keluarr,” teriakku.

“Keluarin… Dimulutku sayang,” sahutnya.

Tante dona semakin cepat mengocok dan mengulum batang penisku. Diiringi jeritan panjang, spermaku muncrat ke dalam mulutnya.

“Ohh… Kamu… Hebatt… Don, aku puas,” pujinya, tersenyum ke arahku. Tanpa rasa jijik sedikitpun dia menjilati dan menelan sisa-sisa spermaku.

Suara ranjang berderit di dalam kamar, membuat kami bergegas memakai pakaian dan pergi ke kamar mandi membersihkan badan. Kemudian masuk ke kamar Masing-masing. Beberapa menit kemudian kudengar langkah kaki Mbak Lisye ke kamar mandi.

Dari balik jendela kamarku dapat kulihat Mbak Lisye hanya mengenakan handuk yang yang dililitkan ditubuhnya. Memperlihatkan paha mulus dan tubuh sexynya. Membuatku mengkhayal, alangkah senangnya bisa bersetubuh dengan Mbak Lisye.

Sekitar jam 02.00 dinihari, aku terbangun ketika kurasakan ada yang bergerak-gerak di selangkanganku. Rupanya Tante Dona sedang asyik mengelus-elus buah pelirku dan menjilati batang penisku.

“Akhh… terus… Tante… terus,” gumanku tanpa sadar, ketika dia mulai mengulum batang penisku. Dengan rakus dia melahap penisku. Sekitar sepuluh menit berlalu kutarik penisku dari mulutnya. Kusuruh dia menungging, dari belakang kujilati lubang vaginanya, bergantian dengan lubang anusnya.

Setelah kurasa cukup, kuarahkan penisku ke lubang vaginanya yang basah dan memerah. Sedikit demi sedikit penisku memasuki lubang vaginanya. Semakin lama semakin dalam, hingga seluruh batang penisku amblas tertelan lubang vaginanya.

Aku mulai memaju mundurkan pantatku, hingga penisku keluar masuk lubang vaginanya. Sambil kuremas-remas pantatnya.

“Ooh… Don… Nikk… Matt… Bangett,” rintihnya.

Aku semakin bernafsu memaju mundurkan pantatku. Tante dona mengimbangi gerakkanku dengan memaju mundurkan juga pantatnya, seirama gerakkan pantatku. Membuat buah dadanya bergoyang-goyang. Semakin lama semakin cepat gerakkan pantatnya.

“Don… Donnii… Akuu… Tak… Tahann,” jeritnya.
“Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” imbuhnya.

Kurasakan vaginanya berkedut-kedut dan menjepit penisku. Tangannya mencengkeram dengan keras diranjang.

“Ooh… Oo… Aku… Keluarr,” lolongnya panjang.

Dan kurasakan ada cairan yang merembes membasahi dinding-dinding vaginanya. Tante Dona terlalu cepat orgasme, sedangkan aku belum apa-apa. Aku tak mau rugi, aku harus puas, pikirku. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kuarahkan ke lubang anusnya.

“Akhh… Donn… Jangann… Sakitt,” teriaknya, ketika kepala penisku mulai memasuki lubang anusnya. Aku tak memperdulikannya. Kudorong pantatku lebih keras hingga seluruh batang penisku masuk ke lubang anusnya.

Dan kurasakan nikmatnya jepitan lubang anusnya yang sempit. Perlahan-lahan aku mulai menarik dan mendorong pantatku, sambil memasukkan jari-jariku ke lubang vaginanya. Tante dona menjerit-jerit merasakan nikmat dikedua lubang bawahnya.

“Enak khan Tante?” tanyaku.
“Hemm… Enakk… Banget… Sayang,” sahutnya sedikit tersipu malu.

Semakin lama semakin cepat kusodok lubang anusnya. Sambil kutepuk-tepuk pantatnya. Kurasakan penisku berkedut-kedut ketika orgasmeku akan tiba dan crott! crott! crott! Kutumpahkan spermaku dilubang anusnya.

“Penismu yang pertama sayang, memasuki lubang anusku,” katanya sambil membalikkan tubuhnya dan tersenyum padaku.

“Kamu luar biasa Don, belum pernah kurasakan nikmatnya bersetubuh seperti ini,” imbuhnya.

“Tante mau khan, setiap malam kusetubuhi?” tanyaku.

“Siapa yang menolak diajak enak,” sahutnya seenaknya.

Sejak saat itu, hampir setiap malam kusetubuhi Tante dona. Ibu tiri Mbak Lisye yang haus sex, yang hampir sepuluh tahun tidak dinikmatinya, sejak kematian suaminya.

Tak terasa sudah lima hari aku berada di rumah Mas Andra. Selama lima hari pula aku menikmati tubuh Tante Dona, mertuanya yang haus sex. Tante Dona yang sepuluh tahun menjanda, betul-betul puas dan ketagihan bersetubuh denganku. Meski telah berusia setengah baya, tapi nafsu birahinya masih meletup-letup, tak kalah dengan gadis remaja.

Sore itu, sehabis mandi dan berpakaian, Mas Andra mengajakku jalan-jalan. Katanya mau ketemu seorang teman yang sudah lama dirindukannya. Setelah menempuh perjalanan sekitar satu jam, sampailah kami di rumah teman Mas Andra.

Sebuah rumah yang berada dikawasan yang cukup elite. Kedatangan kami disambut dua orang wanita kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Desra. Keduanya sama-sama cantik dan sexy. Mas Andra memperkenalkanku pada kedua teman wanitanya.

“Mas Andra, aku kangen banget,” katanya sambil memeluk Mas Andra.

“Aku juga Rin,” sahut Mas Andra.

Sambil meminum kopi susu yang disuguhkan Mbak Rina, kami bercakap-cakap. Mbak Rina duduk dipangkuan Mas Andra. Dan Mas Andra merangkulnya dengan mesra. Mbak Rina tanpa malu-malu menceritakan, kalau Mas Andra adalah pacar pertamanya dan Mas Andralah yang membobol perawannya.

Mbak Desra hanya tersenyum mendengar cerita kakaknya yang blak-blakan. Makin lama kelakuan Mbak Rina makin mesra saja. Tanpa malu-malu, dia mengecup dan melumat bibir Mas Andra dan Mas Andra menyambutnya dengan sangat bernafsu. Aku jadi risih menyaksikan kelakuan mereka. Sekitar sepuluh menit mereka bercumbu di depan kami.

“Kita lanjutin di kamar aja say,” kata Mbak Rina pada Mas Andra. Mas Andra mengangguk tanda setuju, sambil membopong tubuh Mbak Rina ke dalam kamar.

“Kalian jangan ngintip ya,” kata Mas Andra pada kami sambil tersenyum.

Aku dan Mbak Desra hanya bengong melihat kemesraan mereka. Tanpa menghiraukan larangan Mas Andra, Mbak Desra beranjak dari tempat duduknya sambil meraih tanganku menuju kamar Mbak Rina. Kami kemudian berdiri di depan pintu kamar Mbak Rina yang terbuka lebar.

Dari situ aku dan Mbak Desra melihat Mas Andra merebahkan tubuh Mbak Rina diatas ranjang dan mulai melepaskan gaun Mbak Rina. Aku terkesima melihat mulusnya dan sexynya tubuh Mbak Rina, ketika seluruh pakaiannya dibuka Mas Andra.

Nafsu birahiku tak tertahankan lagi, penisku menegang dibalik celanaku. Tanpa sadar kupeluk tubuh Mbak Desra yang berdiri di depanku. Mbak Desra diam saja dan membiarkanku memeluknya. Malah tangan dibawa ke belakang dan disusupkan ke balik celanaku.

Mendapat perlakuan seperti itu, nafsuku semakin memuncak dan penisku semakin menegang. Apalagi saat Mbak Desra menggerak-gerakkan tangannya mengocok-ngocok batang penisku.

Sementara di dalam kamar, Mas Andra menarik tubuh Mbak Rina ketepi Ranjang. Kedua paha Mbak Rina dibukanya lebar-lebar. Maka terpampanglah vagina Mbak Rina yang indah, dihiasi bulu-bulu yang dicukur rapi. Mas Andra kemudian berjongkok dan mendekatkan mulutnya kebibir vagina Mbak Rina.

“Ohh… Say… Yang… Nikk… Mat,” desah Mbak Rina tertahan, ketika Mas Andra mulai menjilati vaginanya. Lidah Mas Andra menari-nari dan mencucuk-cucuk vagina Mbak Rina. Pantat Mbak Rina terangkat-angkat menyambut jilatan Mas Andra. Kedua pahanya terangkat dan menjepit kepala Mas Andra.

“Sudah… Say… Aku… nggak tahan… Masukin punyamu say,” pinta Mbak Rina penuh nafsu. Mas Andra kemudian berdiri dan melepaskan semua pakaiannya.

Dengan sedikit membungkukkan badannya, Mas Andra memegang penisnya dan mengarahkannya ke lubang vagina Mbak Rina yang telah basah dan merah merekah. Slepp! Kepala penis Mas Andra mulai memasuki vagina Mbak Rina.

“Aow… terus… Say… terus… Genjot,” seru Mbak Rina, ketika Mas Andra mulai mendorong pantatnya naik turun. Penisnya keluar masuk dari vagina Mbak Rina.

Melihat Mas Andra dan Mbak Desra sedang bersetubuh di depanku, membuat nafsu birahiku semakin tinggi. Kususupkan tanganku ke balik celana dalamnya. Dapat kurasakan vaginanya yang telah basah, pertanda Mbak Desra juga bangkit nafsu birahinya. Kucucuk-cucuk vaginanya dengan jari-jariku. Dia mendesah penuh nafsu.

Mbak Desra mengimbangi dengan semakin cepat mengocok-ngocok penisku. Sekitar sepuluh menit Mbak Desra mengocok penisku. Mbak Desra kemudian menyudahi kocokkannya dan membalikkan badannya, menghadap ke arahku. Ditariknya celanaku hingga terlepas.

Setelah celanaku terlepas, keluarlah penisku yang tegang penuh dan mengacung-acung dengan bebasnya. Mbak Desra terpukau melihat penisku yang besar dan panjang. Mbak Desra kemudian berjongkok dikakiku, wajahnya berada pas di depan selangkanganku.

Mbak Desra mendekatkan mulutnya kebatang penisku. Mula-mula dia menjilati penisku dari kepala hingga pangkalnya. Terus dia mulai mengulum dan menghisap kepala penisku.

Kemudian sedikit demi sedikit batang penisku dimasukkannya ke dalam mulutnya sampai kepala penisku menyodok ujung mulutnya. Dan mulutnya penuh sesak oleh batang penisku. filmbokepjepang.com Dengan lihainya, Mbak desra mulai memaju-mundurkan mulutnya, membuat penisku keluar-masuk dari dalam mulutnya. Mataku merem-melek merasakan nikmat dan badanku serasa panas dingin merasakan kulumannya.

Mbak Desra sangat lihai mengulum penisku. Kudorong maju pantatku dan kujambak rambutnya, membenamkan kepalanya ke selangkanganku. Sekitar lima belas menit berlalu Mbak Desra menyudahi kulumannya, dan melepaskan seluruh pakaiannya. Kemudian dia berdiri menghadap ke dinding.

“Oohh… Akhh… Akuu… nggak tahann… Don,” serunya tertahan.

“Entot aku… Entott… Don,” imbuhnya.

Kutarik sedikit tubuhnya dari belakang, hingga dia menungging. Kuraih batang penisku dan kuarahkan pas ke lubang vaginanya. Dan aku mulai mendorong maju pantatku, hingga kepala penisku masuk ke lubang vaginanya.

“Aow… Pelan-pelan Don,” pekiknya, ketika seluruh batang penisku masuk ke lubang vaginanya yang masih sempit. Pekikkan yang keluar dari mulutnya membuatku semakin bernafsu dan pelan-pelan kumaju-mundurkan pantatku.

“Akhh… Enakk… Don… Enakk… Banget,” desahnya sambil menoleh ke belakang sambil tersenyum padaku.

“Akhh… Akuu… Ke… luarr, Rin,” teriakkan Mas Andra dari dalam kamar mengejutkanku, namun tak menghentikan sodokkanku pada Mbak Desra.

“Aku… jugaa… Sayang,” sahut Mbak Rina pada Mas Andra.

Sedetik kemudian Mas Andra dan Mbak Rina mencapai orgasme bersamaan. Mas Andra menumpahkan spermanya di dalam vagina Mbak Rina. Kemudian Mas Andra merebahkan tubuhnya disamping tubuh Mbak Rina, dan tertidur pulas.

Sementara itu, aku semakin cepat memaju-mundurkan pantatku, membuat Mbak Desra berteriak-teriak saking nikmatnya. Kurasakan vaginanya berkedut-kedut semakin lama semakin cepat dan menjepit penisku.

“Donn… Donii… Akuu… Mauu… Keluarr,” teriaknya panjang.
“Tahann… Mbak… Aku… Belum… Apa-apa,” sahutku.

“Akhh… Akuu… Tak… Tahan… Don… Akuu,” jawabnya terputus dan vaginanya semakin keras menjepit penisku.

Tak lama kemudian Mbak Desra mencapai orgasme. Kurasakan ada cairan-cairan yang merembes didinding vaginanya. Kucabut penisku dari lubang vaginanya dan kusuruh dia berjongkok dihadapanku. Kujambak rambutnya dan kubenamkan kepalanya keselangkangku.

Mbak Desra mengerti maksudku. Dia mulai menjilati dan menghisap-isap penisku lalu mengulumnya. Sambil tangan kirinya mengusap-usap buah pelirku

Sedetik kemudian Mbak Rina datang membantu, dan langsung berjongkok dihadapanku. Lidahnya dijulurkan untuk menjilati buah pelirku. Tangan kanannya mengocok-ngocok pangkal penisku. Secara bergantian, kakak beradik, Mbak Rina dan Mbak Desra, mengocok-ngocok, menjilati dan mengulum penisku.

Penisku keluar dari mulut Mbak Desra kemudiam masuk ke mulut Mbak Rina, kemudian keluar dari mulut Mbak Rina lalu masuk kemulut Mbak Desra, begitulah seterusnya. Hingga kurasakan penisku berkedut-kedut.

“Mbakk… Akuu… Mauu… Ke… Keluarr,” jeritku.

“Keluarin di mulutku Don,” sahut mereka hampir bersamaan.

Dan crott! crott! crott! Spermaku muntah dimulut Mbak Desra yang sedang kebagian mengulum. Mbak Desra menelan spermaku tanpa rasa jijik sedikitpun. Kemudian Mbak Rina merebut penisku dari Mbak Desra dan memasukkan ke mulutnya. Dan tak mau kalah dengan adiknya, sisa-sisa spermaku dihisap dan dijilatinya sampai bersih.

“Kamu puas Don,” kata Mbak Desra.

“Puas sekali Mbak, Mbak berdua luar biasa,” sahutku.

“Kamu mau yang lebih seru nggak,”kata Mbak Rina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *