Cerita Sex Dewasa Penumpang Di Tengah Gelapnya Malam PART 1

Kuperkirakan umurnya belum tiga puluh, tingginya sekitar 165 cm dengan berat 50 kg, terlihat sintal banget. Pakaiannya biasa saja, bukan mencerminkan seorang wanita karir yang baru pulang lembur. Dia cuma memakai celana jeans ketat dengan blus tipis yang membuat buah dadanya yang cukup besar membayang indah. Ah, lagipula ini kan Kemang. Tak banyak kantor di daerah ini kecuali kalau itu berupa rumah makan atau tempat hiburan.

Selamat malam. Mau kemana, bu? sapaan standar. Sex 

Hotel Muria ya, pak. jawabnya datar. Pandangannya menerawang ke luar jendela. Kebetulan saat itu sedang gerimis, mungkin membuat hatinya galau.

Darimana tadi, bu? Kok jam segini belum pulang? tanyaku basa basi sekaligus ingin memuaskan rasa penasaran yang tadi kupendam.

dia diam saja sambil tetap memandang ke luar jendela. Aku memutuskan untuk berhenti bicara. Mungkin dia sedang tak ingin diganggu. Tak lama kemudian, sampai juga di hotel Muria. Dia membayar dengan memberikan uang tip empat ribu rupiah.

Cerita Dewasa Penumpang di Tengah Gelapnya Malam

Terima kasih, bu. jawabku sambil menerima uang itu. Tapi dia masih tetap diam, hanya mengangguk pelan sambil meninggalkan taksiku. Tanda tanya masih tetap bergelayut di pikiranku.

Dua hari setelah itu, di tempat yang sama, perempuan yang sama.

Selamat malam, bu. senyumku mengembang, berusaha menyapanya ramah. Pikiranku merasa bahwa dia meminta diantar ke tujuan yang sama.

Hotel Muria ya, pak. ujarnya sambil kembali memandang ke luar jendela.

Kucoba menganalisis sendiri karena pikiranku semakin penasaran dengannya. Dari logatnya, sepertinya dia bukan orang Jakarta. Ditambah fakta bahwa dia minta diantar ke Hotel Muria, semakin menguatkan hal tersebut. Cuma yang masih menjadi tanda tanya, mau apa dia di Kemang pada dini hari? Kutengok sekilas tempat dia menunggu taksi, tak ada tandatanda klub malam atau tempat hiburan. Hanya ada beberapa cafe yang sudah tutup dan sebuah rumah makan 24 jam, serta dua buah mini market.

Cerita Dewasa Penumpang di Tengah Gelapnya Malam

Dari mana tadi, bu? tanyaku dengan suara keras sehingga dia tak ada alasan untuk tidak menjawab. Demi memuaskan rasa penasaran.

Oh, tadi dari ketemu teman. jawabnya singkat, masih menatap ke luar jendela meski kali ini tak gerimis.

Sepertinya saya tak melihat ada cafe yang masih buka, bu.

Di restoran fast food, pak.

Oh begitu. Lalu temannya tadi sudah pulang?

Pulang duluan, pak, sudah ditunggu istrinya. jawabnya datar, kali ini diakhiri dengan embusan napas berat dan pandangannya beralih ke layar ponsel. Aku jadi tak enak sering melirik ke spion. Konsentrasi lalu kukerahkan pada kemudi saja.

Cerita Dewasa Penumpang di Tengah Gelapnya Malam

Esok harinya, bagaikan deja vu, kembali taksiku dihentikan olehnya, masih di tempat dan jam yang sama. Sebenarnya aku sengaja lewat tempat itu di jam yang sama, ingin bertemu dengannya lagi. Masih ada beberapa hal yang ingin kutanyakan padanya. Sex 

Malam, mbak. Hotel Muria? aku beranikan diri memanggilnya mbak. Tampaknya dia tidak keberatan.

Iya, pak. jawabnya, kali ini dengan senyum.

Mbaknya bukan orang sini ya? Darimana, mbak?

Semarang, pak.

Mbaknya ke Jakarta dalam rangka apa? Cuma ketemu teman atau ada urusan lain, mbak? tanyaku hatihati. Tak ingin terkesan ingin tahu urusan orang, meskipun kenyataannya memang begitu.

Cerita Dewasa Penumpang di Tengah Gelapnya Malam

Iya, cuma ingin bertemu teman saya itu. Eh, sebetulnya pacar sih, pak, bukan teman.

Aku mencoba menggali ingatanku. Kalau tak salah kemarin dia bilang bahwa temannya itu sudah ditunggu istrinya. Apakah

Temannya, eh pacarnya itu, sudah punya istri ya, mbak? Oke, ini sudah keterlaluan dan aku tak tersinggung jika dia minta turun. Tapi nyatanya tidak, dia masih tetap tenang di jok belakang taksiku.

Iya, pak. Kami sudah berhubungan dari lama. Rumah tangga mereka bermasalah dan katanya mereka akan segera bercerai. Tapi entah, sampai sekarang masih seperti ini. Pertemuanpertemuan kami tak diketahui istrinya, pak.

Mbak bahagia dengan hubungan itu? Entah kenapa aku malah bertanya hal seperti ini. Rasanya ingin menampar mukaku sendiri.

Sebenarnya sih enggak, pak. Saya sudah menyakiti banyak orang, termasuk diri saya sendiri. Namun rupanya ada satu sisi saya yang bahagia karena bisa bersama dengan orang yang saya cintai, meski tak bisa memilikinya dengan utuh.

Cerita Dewasa Penumpang di Tengah Gelapnya Malam

Sampai di lobby Hotel Muria, dia menyerahkan sejumlah uang. Pak, ini malam terakhir saya di Jakarta. Besok saya pulang. Terima kasih sudah menjadi teman mengobrol saya dua hari ini. Saya sangat menghargainya, pak. dengan mata berkacakaca.

Iya, samasama, mbak. kukira dia akan langsung turun seperti biasanya, tapi ternyata

Pak, dia memanggil.

Iya, mbak. kupandangi wajahnya yang cantik, juga tubuhnya yang sintal.

Emm, boleh saya minta tolong? tanyanya.

Silahkan, mbak. Kalau memang bisa, pasti saya bantu.

Bapak nggak keburu pulang kan?

Kulirik jam di dashboard, jam 2 lewat 5 menit. Sudah larut, istriku pasti sudah menunggu di rumah. Nggak, mbak. Memangnya kenapa? tapi demi wanita ini, aku rela menundanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *