Kek!! Kakek…Kakek Senen? Kakek dimana? aku berteriak-teriak memanggil Kakek Senen
Rumah kakek Senen tidak terlalu besar ukurannya hanya 3 x 6 dengan satu buah kamar, dipan dari kayu dengan kasur dari kapuk dibuat sendiri. Kursi pajang dari rotan, dengan satu buah radio 2 ban. Rumah kakek Senen ini bisa juga di sebut dengan pondok, pekaranganya di kelilingi oleh pagar kayu-kayu bulat yang tingginya 2,5 meter dengan jarak dari kayu ke kayu satu jari orang dewasa. Mungkin takut kalau ada binatang buas, maklum pondok kakek Senen agak kedalam hutan jadi ada baiknya juga berjaga-jaga walaupun yang pernah dilihat hanya babi hutan yang kadang kadang cukup ganas kalau melihat orang. Di dalam pekarangan itu ditumbuhi oleh berbagai pohon seperti rambutan, kelapa, nangka, jambu air, jambu kelutuk, belimbing serta tidak lupa di tanami apotik hidup yang merupakan bumbu dapur. Di bawah pondok tersebut dibuat tempat istirahat yang terbuat dari anyaman bambu, yang memang cukup dingin. Kakek Senen juga mempunyai ternak ayam yang tidak terlalu banyak .
Mendengar ada yang memanggil namanya kakek Senen yang berada di tengah kebun, menghentikan kegiatannya membersihkan rerumputan di sekitar tanaman rambutan, kopi dan cengkeh yang setiap tahun menghasilkan panen, cukup untuk kebutuhan hidupnya di samping bagi hasil dengan yang punya kebun yakni orang tuaku. Kakek Senen lalu pulang ke pondoknya. Dia heran, ketika sampai di pintu pagarnya melihat seorang wanita memanggil namanya…
Kakek …. kek … ada dirumah? panggilku
Ada apa ya? Bokep
Kontan aku terkejut langsung menjerit karena tidak mengetahui kalau Kakek Senen muncul dari belakang.
Ada apa ya Cu? sapa kakek Senen, kamu siapa?
Aku Martini kek, apa kakek lupa?
Kakek Senen masih bingung, dia tidak tahu siapa wanita di hadapannya ini.
Aku Martini Kek, anaknya Mah, yang tinggal di Jakarta aku menjelaskan
Sang kakek melongo
Ja …. Ja…Jadi kau Martini anaknya Mah?? Angin apa cu kamu mau kesini ke tempat tinggalku? Makmu saja tidak pernah kesini …. apa lagi adik dan ayuk kamu
Anu kek aku inget waktu masih kecil ke sini bersama Bapak…jadi rindu melihat kebun ini, jadi makanya aku kesini
Laki dan anak-anakmu mana? Kakek Senen bertanya.
Lakiku dak bisa ikut banyak kerjaan dan anak-anakku tinggal di rumah kakakku aku menjawab dalam logat daerahku
Sudah lamu kamu balik kampung Tin? tanya Kakek Senen.
Baru dua hari Kek, karena dak ada kerjaan aku kesini, sedangkan anak anakku sudah bisa ditinggal, apalagi ada anak ayuk dan adik jawabku, ohh omong-omong dari mana kek tadi? tanyaku
Membersihkan kebun kopi, maklum sebentar lagi berbunga jadi harus rajin dibersihkan jawab Kakek Senen.
Ayo mari ke dalam! ajak Kakek Senen Sengaja kakek kunci pagarnya karena takut ada babi atau anjing hutan, maklumlah namanya juga hutan, kakek Senen menerangkan.
Kakek sendirian disini? tanyaku Bokep
Ndak, Kakek ada kawan sahutnya.
Siapa kek? Mana? tanyaku bingung, kok ndak keliatan siapa-siapa lagi daritadi?
Ada di belakang lagi bawa ceret minum kakek sahut Kakek Senen.
Siapa kek? tanyaku pingin tahu
Namanya Lanang balas Kakek Senen
Lanang?
Anak siapa kek? rasa ingin tahuku makin bertambah
Nanti saja kamu tau jawab kakek.
Nang!! cepet dikit…ada tamu ini! panggil kakek Senen
Tidak lama muncul terdengar suara langkah kaki dari depan dan pintu membuka, seorang pemuda berumur sekitar 20an berwajah cacat mental masuk sambil membawa ceret air minum dan tas kecil, pemuda itu sangat tinggi tapi agak bongkok, tinggiku hanya sebahunya bila berdiri berjajar dan ia menegakkan tubuh. Aku agak takut dan terkejut melihat orang itu apalagi ia nyengir lebar padaku.
Kek siapa ini? tanyaku bergetar
Tidak apa-apa Tin, Lanang anak yang baik…dia memang agak terbelakang tapi dia mengerti apa yang bicarakan dan menurut apa yang kita perintahkan. Lagian dia juga senang kalau ada teman, malah dia suka bercanda dan main-main Kakek Senen menjelaskan, coba saja kamu panggil dia Tin perintah Kakek Senen