Bokep Memek-Memek COPAS Percintaanku Dengan Pemuda Idiot Part 3

Maka aku menuruti saran kakek Senen, dan memanggil pemuda itu mendekat,

Lanang sini! Duduk sini ajakku.

Maka ia pun mendekati kami, malah dia sendiri seperti ketakutan.

Kek kenapa dia bersembunyi di belakang kakek? tanyaku. Bokep 

Dia memang agak takut pada orang-orang , terutama orang yang baru dikenalnya, makanya di seperti ini. Tapi kalau dia sudah dekat, kamu pasti kewalahan, dia mau mengajak kamu bermain terus dia juga akan baik ke kamu

Lanang , jangan takut …. ini Martini cucu kakek dari jauh yang memiliki kebun ini, jadi jangan takut…ayo salam cucu kakek ini….sama saja dia baik juga sama denganku, perintah kakek.

Lanang lalu mendekat dan memegang tanganku, mulanya aku agak takut, tetapi dengan ragu aku tetap menjabat tangannya. Pemuda idiot itu menjabat tanganku dengan keras seolah tak ingin melepaskannya

Uuuhh…aaaarr….uuuuhh! ternyata ia tidak bisa berbicara hanya bersuara tidak jelas seperti itu saja

Perlahan-lahan aku mulai tidak tegang lagi padanya. Dan seperti kata Kakek Senen, Lanang memang ramah sekali, ia mengajakku masuk ke pekarangan rumah kakek Senen. Lalu mengajakku duduk di bale bambu di bawah pondok kakek, tetapi kakekku mencegahnya karena aku baru datang sehingga kakek mengajakku naik ke atas pondoknya. Di atas pondok aku dan kakek bercerita masalah kebun yang di tunggunya, dari awal sampai akhir, juga masalah istri dan anaknya, begitu juga asal muasal dia menemukan pemuda cacat mental itu ke sini. Dari situ aku baru tahu semuanya, jadi pemuda bermental terbelakang adalah anak dari teman Kakek Senen. Ia sudah begitu sejak lahir dan dalam usia lima tahun sudah ditinggal mati ayahnya yang adalah teman kakek. Tiga tahun yang lalu, ibunya yang sudah tua juga menyusul ayahnya. Kakek Senen, yang telah lama kesepian, mengadopsi pemuda malang itu, ia mengajaknya tinggal bersama di perkebunan ini. Dalam hati aku mulai merasa kasihan dengan Lanang, usianya masih muda tapi sudah harus mengalami cacat mental seperti ini, takdir memang tidak bisa dipilih. Aku hanya menghela nafas merenungi semua ini. Tak terasa cerita ngoro ngidulku dengan kakek Senen hampir dua jam lamanya sambil minum teh dan makan ubi goreng. Karena memang hobinya bertani dan berkebun kakek Senen mau melanjutkan membersihakn rumput-rumput dibawa pohon-pohon kopi dan rambutan ataupun cengkeh. Aku disuruhnya nunggu di pondoknya saja ditemani oleh Lanang yang mulai terlihat akrab denganku

Karena sudah akrab, aku tidak lagi merasa takut malah aku diajak bermain ke bawah oleh Lanang sambil diambilkannya bermacam-macam buah-buahan. Ia selalu berbicara dengan gumaman-gumaman tak jelas karena kekurangannya itu tapi ia cukup mengerti apa yang dibicarakan orang. Ketika sedang melihat-lihat di kandang ayam tiba-tiba aku tersandung sebuah papan yang tergeletak sembarangan hingga kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Aku menjerit kecil, telapak tangan dan celanaku bagian lutut terkena kotoran ayam. Melihatku terjatuh, Lanang segera membantuku berdiri.

Aaauuhh…uuuhh…aaa…aahh! katanya tidak kumengerti sambil menyeka kotoran ayam dari tanganku dengan tangannya sendiri. Aku lumayan tersentuh, ternyata walaupun terbelakang mentalnya hatinya sangat baik.

Lanang, udah cukup, kakak mau ke atas dulu ya, biar kakak bersihin sendiri sama ambil air buat bersihin tangan kamu Bokep 

Lanangpun berhenti. Aku ke atas kemudian masuk ke dalam pondok. Aku mencari kalau-kalau ada pakaian yang bisa digunakan untuk mengganti pakaianku, mungkin di dalam kamar kakek ada pakaian, daster atau celana pendek jadilah. Aku membuka lemari kakek Senen, bolak balik aku mencari pengganti pakaianku, akhirnya aku menemukan pakaian berupa daster yang terselip di bawa tumpukan pakaian kakek Senen yang hanya beberapa lembar.

Nah ini bisa kupakai, tetapi sepertinya agak kependekan, apa mungkin ini bekas baju istrinya dulu?

Daster itu sepertinya masih bersih cuma sedikit robek di berbagai tempat, malah ada beberapa kancing-kancing atasnya tidak ada lagi, tapi apa boleh buatlah, dari pada memakai pakaian yang bau tahi ayam. Lalu aku membuka celana jeans dan baju kaosku. Tampaklah gundukkan gunung kembar milikku yang putih dan juga masih cukup kencang kendati sudah mempunyai anak dua, buah dadaku lumayan menantang bila dilihat orang dengan ukuran BH 36 warna putih. Sedangkan pinggulku sangat besar dan montok masih terbungkus oleh celana dalam warna putih

Aku memang suka sekali dengan baju daster, menurutku lebih enak dingin tidak terlalu panas, begitu juga dengan celana dalamku, aku lebih suka yang agak longgar longgar seperti kedodoran begitu, menurutku enak tidak sempit, gatal dan pengap di sekitar kemaluanku. Kemudian aku memakai daster tersebut dan memang terasa pendek satu kilanan atau 15 centi diatas lututku. Maklum mungkin istri kakek Senen orangnya memang agak pendek jadi daster bisa saja dipotongnnya. Untuk ditengah tengah kebun seperti ini, apalagi cuaca sangat panas, daster memang cukup meredahkan hawa panas badan. Setelah memakai daster tersebut aku turun lagi menemui Lanang. Mungkin karena dapat teman baru apalagi wanita secantik diriku, pemuda ini bukan main senangnya. Aku dipeluknya, dirangkul bahkan dicium-ciumnya, bukan tidak risih aku dibuatnya apalagi sambil dicium olehnya tersebut. Aku belum ada pikiran negatif, bagiku saat itu, Lanang seperti anak kecil yang minta dibelai saja dan aku kasihan padanya. Di bale bambu di bawa pondok aku bagaikan boneka di peluk di gendong oleh gorila, maklum badannya cuckup besar dan kuat, pohon kayu sebesar tanganpun mungkin bisa dia patahkan. Takut kalau pegangannya terlepas aku merangkul lehernya.

Lanang aku berkata,kamu kelihatan seneng sekali kenapa?

Ooohh…oogghh! katanya tak kumengerti

Sambil membuka mulutnya dan mengangguk angguk kepalanya seakan tahu.

Kamu seperti senang sekali denganku ….. kenapa?Apakah selama ini kamu tidak pernah melihat wanita?

uukk .. ukk … ukkkk sahutnya

pantesan kamu seperti ini kataku mengelus rambutnya

Lanang menatap wajahiku, begitu juga aku menata matanya. Ia menggerakan tangannya mengusap pipiku, kupegang tangannya. Lanang mendekatkan wajahnya lalu mencium keningku. Aku hanya diam dan terpejam mataku ketika di cium olehnya. Batinku, Lanang adalah seorang bermental terbelakang, kendati begitu naluri lelakinya sangat jelas untuk melindungi seorang wanita. Aku merasakan kalau yang dilakukannya adalah semata sangat sayang kepadaku dan memanjakanku. Akupun dipeluknya dengan lembut, mau tidak mau aku memeluknya juga, membagi rasa sayang kepadanya. Dalam pelukannya aku merasakan kehangatan di dadanya, kurasakan jantungnya berdetak cukup kencang. Saat itu aku tidak berpikir macam-macam selain kasih sayang antara kakak dan adik saja.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *