Cerita Dewasa – Bokep Ngentot Dengan Kaka Temanku Ketika Rumah Sedang Sepi Part 2

toketnya perlahan si Mpok bertanya.

“Wan kok bengong gitu sih?”

Bukannya kaget, aku yang sudah setengah mabok itu malah menjawab terus terang, “Abis tetek Mpok gede banget, bikin saya napsu aja.”

Eh, dia malah merogoh toket kirinya, terus dikeluarkan dari branya. Bokep 

“Kalo napsu, pegang aja Wan. Nih,” katanya sambil mengasongkan toketnya ke depan.

“Diemut juga boleh Wan.” tambahnya.

Aku yang sudah mabok alkohol, semakin pusing karena ditambah mabok kepayang akibat tantangan Mpok Anah.

“Boleh pok?” tanyaku lugu.

“Dari dulu kan Mpok udah pengen buka “segel” Irwan. Irwannya aja yang jual mahal.” katanya sambil memegang kepalaku dengan tangan kirinya dan menekan kepalaku ke arah toketnya.

Aku pasrah, perlahan mukaku mendekat ke arah toket kirinya yang sudah dikeluarkan dari bra itu. Dan hidungku menyentuh pentilnya yang cokelat kehitaman. Segera aroma yang aneh tapi membuat kepalaku seperti hilang menyergap hidungku. Dan keluguanku membuat aku hanya puas mencium dengan hidungku, menghirup aroma toket Mpok Anah saja.

“Waan.” tegur Mpok Anah.

“Apa Mpok?” tanyaku sambil menengadah.

“Jangan cuma diendus gitu ngapa. Keluarin lidah Irwan, jilatin pentil Mpok, terus diemut juga. Ayo coba” Mpok Anah mengajariku sambil kembali tangannya menekan kepalaku.

Aku menurut, kukeluarkan lidahku, dan kujilati sekitar pentilnya yang kurasakan semakin keras di lidahku. Dan sesekali kuemut pentilnya seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Ku dengar Mpok Anah mengerang, tangannya meremas rambutku dan berkata.

“Naah, gitu Wan. Terusin Waann. Gigit pentil Mpok Wan, tapi jangan kenceng gigitnya, pelan aja.” pinta si Mpok.

Akupun menuruti permintaannya. Kugigit pentilnya pelan, erangan dan desahannya semakin keras. Dengan lembut si Mpok menarik kepalaku dari toketnya, wajahku ditengadahkan, lalu dia mencium bibirku dengan penuh gairah. Bibirku diemut dan lidahnya bermain dengan lincahnya di dalam mulutku. Aku terpesona dengan permainan lidahnya yang baru sekali ini kurasakan.

Getaran yang diberikan Mpok Anah melalui lidahnya menjalar dari sekujur bibirku sampai ke seluruh tubuhku dan akhirnya masuk ke jantungku. Aku terbawa ke awang-awang. Tidak hanya itu, Mpok Anah menjilati sekujur wajahku, dari mulai daguku, ke hidungku, mataku semua dijilat tak terlewat satu sentipun. Terakhir lidah Mpok Anah menyapu telingaku, bergetar rasanya seluruh tubuhku merasakan sensasi yang Mpok Anah berikan ini.

Sambil menjilati telingaku, tangannya menarik tanganku dan dibawanya ke toketnya, sambil membisikkan, “Remes-remes tetek Mpok dong Waann.” Aku menurutinya, dan kudengar desahan si Mpok yang membuatku semakin bergairah, sehingga remasanku pada teteknya juga semakin intens.

“Aauugghh.. Sshh.. Naahh gitu Wan.” Bokep 

Lalu diapun kembali menjilati daerah telingaku. Aku semakin terbuai dengan permainan Mpok Anah yang ternyata sangat mengasyikkan untukku ini. Lalu Mpok Anah kembali menciumi bibirku, dan kami saling berpagutan. Aku jadi mengikuti permainan lidah Mpok Anah, lidah kami saling membelit, menjilat mulut masing-masing. Kembali kurasakan tekanan tangan Mpok Anah yang membimbing kepalaku ke leher dan telinganya. Akupun melakukan seperti yang dilakukan Mpok Anah tadi.

Kujilati telinganya, dan dia mendesah kenikmatan. Lagi, dia menekan kepalaku untuk mencapai teteknya yang semakin mencuat pentilnya. Aku mencoba mengambil inisiatif untuk memegang vaginanya. Tangan kiriku bergerak turun untuk menyentuh bagian paling intim Mpok Anah. Tapi Mpok Anah menahan tanganku.

“Nanti dong Waan, sabar ya sayaanng.” Aku sudah gemetar menahan gairah yang kurasakan mendesak di sekujur tubuhku.

“Pook, Irwan pengen pook.” pintaku.

“Pengen apa Waan,” tanya Mpok Anah menggodaku.

“Pengen liat itu.” kataku sambil menunjuk ke selangkangan Mpok Anah yang masih tertutup rok merah dari bahan yang tipis.

“Pengen liat memek Mpok?” Mpok Anah menegaskan apa yang kuminta.

“Iya pok.” jawabku.

“Itu sih gampang, tinggal Mpok singkapin rok Mpok, udah keliatan tuh.” kata Mpok Anah sambil menyingkapkan roknya ke atas, sehingga terlihat celana dalamnya yang berwarna biru tua.

Dan kulihat segunduk daging di balik CD biru tua itu. Aku menelan ludah dan terpaksa menahan untuk tidak limbung. Sungguh luar biasa bentuk gundukan di balik CD itu. Aku memang baru pertama kali melihat gundukan memek, tapi aku yakin kalo gundukan memek Mpok Anah sangat montok alias tembem sekali. Dan Mpok Anah memang sengaja ingin menggodaku, dia menahan singkapan roknya itu beberapa lama, dan saat aku ingin menyentuhnya, dia kembali menutupnya sambil tertawa menggoda.

“Jangan disini dong Wan. Ntar kita digerebek lagi kalo ada yang tau.” kata Mpok Anah sambil berdiri dan menuntun tanganku ke dalam rumahnya.

Bagai kerbau dicocok hidungnya akupun menurut saja. Aku sudah pasrah, aku ingin sekali merasakan nikmatnya Mpok Anah. Dan yang pasti aku sudah telanjur hanyut oleh permainannya yang pandai sekali membawaku ke dalam jebakan kenikmatan permainan sorgawinya.

Mpok Anah menuntunku ke kamarnya. Tempat tidurnya hanya berupa kasur yang diletakkan di atas karpet vinyl, tanpa tempat tidur. Lalu mpok Anah mengajakku duduk di kasur. Kami masih berpegangan tangan. Mpok Anah melumat bibirku, dan kami berpagutan kembali. Lalu mpok Anah menghentikan ciuman kami. Dia menatapku dengan tajam, lalu bertanya.

“Wan, kamu bener-bener pengen ngeliat memek mpok?”

Aku mengangguk, karena pertanyaan ini membuatku tidak bisa menjawab. Semakin mabok rasanya. Mpok Anah kemudian melepaskan rok dan bra yang dipakainya dan sekarang tinggal CDnya saja yang masih tersisa. Kembali aku menelan ludah. Dan pandanganku terpaku pada gundukan di balik celana dalam mpok Anah. Betapa montoknya gundukan memek mpok Anah.

Lalu mpok Anah berbaring telentang, kemudian dengan gerakan perlahan, mpok Anah mulai menurunkan CD sehingga terlepaslah sudah. Aku yang masih duduk agak jauh dari posisi memek mpok Anah cuma bisa menahan gairah yang menggelegak di dalam jantung dan hatiku.

Benar saja, memek mpok Anah sangat tebal, dagingnya terlihat begitu menggairahkan. Dengan bulu yang lebat, semakin membuatku tidak karuan rasanya.

“Katanya pengen ngeliat, sini dong liatnya dari deket Wan,” kata mpok Anah.

“I iya pok,” sahutku terbata sambil mendekatkan wajahku ke selangkangan mpok Anah. Dia melebarkan kedua pahanya sehingga membuka jalan bagiku untuk lebih mendekat ke memeknya.

“Niih, puas-puasin deh liatin memek mpok, Wan.” kata mpok Anah.

Setelah dekat, apa yang kulihat sungguh membuatku tidak kuat untuk tidak gemetar. Belahan daging yang kulihat ini sangat indah, berwarna merah, bulunya lebat sekali menambah keindahan. Di bagian atas, mencuat daging kecil yang seperti menantangku untuk menjamahnya. Aromanya, sebuah aroma yang aneh, namun membuatku semakin horny.

“Udah? Cuma diliatin aja? Nggak mau nyium itil mpok?” pancing mpok Anah sambil dua jari tangan kanannya menggosok-gosok daging kecil yang mencuat di bagian atas memeknya.

“Mm.. Mmau pok. Mau banget.” kataku antusias. Lalu tangan mpok Anah menekan kepalaku sehingga semakin dekat ke memeknya. “Ya udah cium dong kalo gitu, itil mpok udah nggak tahan pengen Irwan ciumin, jilatin, gigitin.”

Dan bibirkupun menyentuh itilnya, kukecup itilnya dengan nafsu yang hampir membuatku pingsan. Aroma kewanitaan mpok Anah semakin keras menerpa hidungku. Mpok Anah mendesah saat bibirku menyentuh itilnya. Lalu kejilati itilnya dengan semangat, tidak hanya itilnya, tapi juga bibir memek mpok Anah yang tebal itu aku jilati. Jilatanku membuat mpok Anah mengejang seraya mendesah dan mengerang hebat.

“Sshh.. Aarrgghh.. Gitu Waann.. Oogghh..”

Suara rintihan dan desahan mpok Anah membuatku semakin bergairah menjilati seluruh bagian memek mpok Anah. Bahkan sekarang kumasukkan lidahku ke dalam jepitan bibir memek mpok Anah. Tangan mpok Anah menekan kepalaku, sehingga wajahku semakin terbenam dalam selangkangan mpok Anah. Agak susah juga aku bernafas, tapi aku senang sekali.

Kumasukkan lidahku ke dalam lubang nikmat mpok Anah, lalu ku jelajahi lorong memeknya sejauh lidahku mampu menjangkaunya. Tiba-tiba, kurasakan lidahku seperti ada mengemut. Luar biasa, rupanya memek mpok Anah membalas permainan lidahku dengan denyutan yang kurasakan seperti mengemut lidahku. Tubuh mpok Anah menggelinjang keras, pinggulnya berputar sehingga kepalaku ikut berputar.

Tapi itu tidak menghentikan permainan lidahku di dalam jepitan daging memek mpok Anah. Desahan mpok Anah semakin keras begitu juga dengan gerakan pinggulnya, aku semakin bersemangat menjilati, dan sesekali aku menjepit itilnya dengan kedua bibirku, dan rupanya ini sangat membuat mpok Anah terangsang, terbukti setiap kali aku menjepit itilnya dengan bibir, mpok Anah mengejang dan mendesah lebih keras.

“Sshh, aarrghhgghh, Wan, itu enak banget waan..”

Tapi, putaran pinggul mpok Anah terhenti, sebagai gantinya, sesekali dia menghentakkan pantatnya ke atas. Hentakan-hentakan ini membuat wajahku seperti mengangguk-angguk. Erangannya semakin keras, dan tiba-tiba dia menjerit kecil, tubuhnya mengejang, pantatnya diangkat keatas, sedangkan tangannya menekan kepalaku dengan kencang ke memeknya. Dan kurasakan di dalam memek mpok Anah ada cairan yang membanjir dan ada rasa gurih yang nikmat sekali pada lidahku.

Desahan mpok Anah seperti sedang menahan sakit. Tapi belakangan baru aku tahu bahwa ternyata mpok Anah sedang mengalami orgasme. Dan pantat mpok Anah berputar pelan sambil terkadang terhentak keatas, dan tubuhnya mengejang. Sementara itu, cairan yang membanjir keluar itu ada yang tertelan sedikit olehku, tapi setelah aku tahu bahwa rasanya enak, akupun menjilati sisa cairan yang masih mengalir keluar dari memek mpok Anah. Mpok Anah kembali menggeliat dan mengerang seperti orang sedang menahan sakit.

Kepalaku masih terjepit dipahanya, dan mulutkupun masih terbenam di memeknya. Tapi aku tak peduli, aku menikmati sekali posisi ini. Dan tak ingin cepat-cepat melepaskannya. Tak lama kemudian, mpok Anah merenggangkan pahanya sehingga kepalaku bisa bebas lagi. Kemudian mpok Anah menarik tanganku. Aku mengikuti tarikannya, badanku sekarang menindih tubuhnya, kembali bibir kami berpagutan. Lidah saling belit dalam gelora nafsu kami.

Lalu mpok Anah melepaskan ciumannya dan berkata, “Wan, terima kasih ya. Enak banget deh. Mpok puas. Ayo sekarang giliran mpok.”

Mpok Anah bangun dari tidurnya dan akupun duduk. Dia mulai membuka pakaianku dimulai dari kemejaku. Setiap kali satu kancing baju terlepas, mpok Anah mengecup bagian tubuhku yang terbuka. Dan saat semua kancing sudah terlepas, mpok Anah mulai menjilati dadaku, pentilku disedotnya. Aku merasakan sesuatu yang aneh namun membuatku semakin bernafsu. Sambil menjilati bagian atas tubuhku, tangan mpok Anah bekerja membuka celana panjangku dan melemparkannya ke lantai. Sekarang aku hanya tinggal mengenak CD saja. Mpok Anah menyuruhku berbaring telentang. Aku menurut.

Lalu CD ku diperosotkannya melalui kakiku, aku membantu dengan menaikkan kakiku sehingga mpok Anah lebih mudah melepaskan CDku. Dunia seperti terbalik rasanya saat tangan mpok Anah mulai menggenggam tititku dan mengelus serta mengocoknya perlahan.

“Lumayan juga titit kamu Wan. Gede juga, keras lagi.” celetuk mpok Anah.

Tak membuang waktu, mpok Anah segera menurunkan wajahnya sehingga mulutnya menyentuh kepala tititku. Dikecupnya kepala tititku dengan lembut, kemudian dikeluarkannya lidahnya, mulai menjilati kepala, lalu batang dan turun ke.. Bijiku. Semua dilakukannya sambil mengocok tititku dengan gerakan halus. Lidahnya bergerak turun naik dengan lincahnya membuatku semakin tidak terkendali. Aku mendesah dan mengerang merasakan kenikmatan dan sensasi yang mpok Anah berikan. Sungguh luar biasa permainan lidah mpok Anah.

Setelah beberapa lama, mpok Anah menghentikan lidahnya. Rupanya dia sudah merasa bahwa tingkat ereksiku sudah cukup untuk memulai permainan.

“Udah Wan, sekarang Irwan masukkin kontol Irwan ke memek mpok. Adduhh, mpok udah nggak sabar pengen disiram sama perjaka. Biar mpok awet muda Wan.” kata mpok Anah.

Aku tak mengerti maksud mpok Anah, tapi yang jelas, sekarang mpok Anah kembali tiduran dan menyuruhku mulai mengambil posisi di atasnya. Mpok Anah melebarkan kedua kakinya sehingga aku bisa masuk di antara kakinya itu. Kemudian mpok Anah memegang tititku dan mengarahkannya ke memeknya yang sudah menanti untuk kumasuki. Mpok Anah meletakkan tititku di depan memeknya, kemudian berkata, “Nah, sekarang teken Wan.”

Aku tidak menunggu lebih lama lagi. Segera kutekan tititku memasuki kegelapan memek mpok Anah. Kurasakan tititku seperti dijepit daging yang sangat keras namun lembut dan kenyal, agak licin tapi sekaligus juga agak seret.

“Aagghh.. Pelan dulu Wan,” pinta mpok Anah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *