Cerita Porno Artis : Tragedi Rossa PART 2

Dari tempat biasa.” Rossa berusaha mengikuti pembicaraan. “Iya gw tau, gw pusing! Please jangan kuliahin gw dulu, gw tau lo temen baik gw, tapi lo gak ngalamin apa yang terjadi ama keluarga gw. Please, telpon gw telpon gw besok siang aja ya!” Porno 

Jari Rossa menekan sebuah tombol dan dilemparkannya handphone itu di jok sebelah.

Lima menit berlalu, suasana taksi itu kembali sunyi.

Pikiran Kahar berputar cepat. Ia melihat sebuat kesempatan yang bisa ia ambil dan akan membuat ia merasakan surga dunia di hari-hari mendatang. Ia harus berpikir cepat.

Kahar membasahi tenggorokannya.

“Mau lewat tol atau gak usah mbak?” tanyanya sambil melihat ke spion.

Rossa tidak menjawab.

“Mbak? Mau lewat tol atau gak usah?” Kahar bertanya lebih keras lagi.

Tidak ada tanggapan.

Tangan kiri Kahar meraba-raba atap taksinya untuk menyalakan lampu. Lampu pun menerangi mobil taksinya. Perlahan Kahar mengurangi kecepatan sampai akhirnya taksi itu berhenti di pinggir jalan.

Sekarang ia bisa melihat, Rossa dengan balutan backless warna kuning, dengan sepatu kuning juga, rupanya sudah tidak bisa menahan kantuk yang menyerang dan tertidur. Pulas karena pengaruh alkohol yang masuk ke dalam tubuhnya.

Bagian atas gaun kuning yang menutupi dada Rossa, terikat dengan seutas tali kain ke leher Rossa. Dada Rossa bergerak naik turun seiring hembusan nafasnya.

“Mbak? Mbak baik-baik saja?” Kahar kembali bertanya dengan suara yang lebih keras.

Perlahan tangan Kahar terulur menyentuh lutut Rossa. Begitu halus. Kahar menelan ludah.

“Mbak? Mbak?” Kahar mengoyang lutut Rossa, perlahan dan makin keras. Gaun kuning itu tersingkap memperlihatkan paha Rossa yang mulus.

Kahar tersenyum senang.

“Tidurlah terus Rossa. Akan gua bawa lo menikmati surga bikinan gua!” Kahar tertawa dalam hati.

Taksi itu bergerak maju, seakan dikejar oleh sesuatu sebelum akhirnya membelok ke sebuah jalan yang gelap jauh dari ruas jalan utama tadi.

Di dekat kawasan industri yang sudah lama ditinggalkan, Kahar menghentikan taksinya. Kawasan sekitarnya gelap gulita. Perkampungan penduduk pinggir kota juga jauh dari situ. Jalan utama juga sama jauhnya. photomemek.com Satu-stunya sumber cahaya adalah lampu di dalam taksi Kahar. Kahar kemudian membuka pintu taksinya dan pindah ke belakang duduk di sebelah kiri Rossa yang masih saja terlelap. Porno 

Tubuh Kahar bergetar. Nafsu, gembira, takut semuanya menjadi satu ketika ia memandangi tubuh Rossa yang tergolek di sebelahnya. Kahar melihat handphone yang tergeletak di jok. Sebuah HP yang canggih, lengkap dengan kamera dan lampu blitz. Cocok sekali.

Kalau saja ia tidak mengingat waktu yang terus berjalan, Kahar tidak akan berhenti memandangi Rossa yang tidak sadar apa yang sedang akan terjad pada dirinya.

Setelah mencoba-coba HP Rossa, Kahar akhirnya bisa mengoperasikan kamera lengkap dengan blitz yang tersedia. Ia pun mulai mendekati Rossa, wangi tubuhnya mulai tercium. Tangan Kahar meraba leher Rossa dan menemukan ikatan tali yang menahan bagian atas gaun backless itu. Dengan satu tarikan terlepaslah ikatan itu.

Kahar menahan nafas. Matanya terbelalak. Sepasang payudara yang bulat. Dengan puting yang berwarna merah mudah kecoklatan terlihat di depan matanya. Betul-betul buah dada yang sempurna. Perlahan kedua tangan Kahar yang gemetar meraba buah dada itu. Perlahan sampai akhirnya meremas dengan lembut. Terasa kencang dan lembut. Puting susu itu mencuat karena AC dari taksi yang dingin. Kahar mendekatkan mukanya, harum bau tubuh Rossa semakin tercium. Lidah Kahar menjulur dan merasakan daging puting susu Rossa yang kenyal, yang perlahan mengeras. Kahar membuka mulutnya dan akhirnya puting itu dapat ia rasakan di seluruh mulutnya.

Sebuah desahan keluar dari mulut Rossa. Kahar menghentikan kegiatannya. Memandangi Rossa yang ternyata masih terus terlelap. Kahar memutuskan untuk segera melanjutkan rencananya. Masih banyak waktu untuk menikmati tubuh Rossa, putusnya.

Ia mengambil HP itu, dan mulai mengambil gambar Rossa yang setengah telanjang itu dari segala arah. Puluhan gambar ia ambil sampai akhirnya Kahar merasa cukup.

Kemudian, dengan kondisi ruang gerak yang terbatas, Kahar berhasil menurunkan celananya, dan mengeluarkan penisnya yang sudah mengeras dari tadi. Ia mendekatkan penis itu ke bibir Rossa dan kembali mengambil gambarnya. Lampu blitz berpijar setiap kali gambar muka Rossa yang seolah-olah sedang akan melakukan oral ke penis Kahar ditangkap oleh lensa kamera HP Rossa.

Akhirnya dengan nafas memburu, Kahar berhenti dan merasa cukup. Perlahan ia mengikatkan kembali tali gaun backless Rossa. HP itu ia masukan ke laci depan taksinya.

Degub jantung Kahar sudah hampir normal kembali ketika taksi itu membelok masuk lagi ke jalur utama menuju rumah Rossa. Waktu menunjukkan pukul 02:43 dini hari.

Tepat pukul 3 dini hari taksi Kahar berhenti di depan rumah Rossa. Sebuah rumah di pemukiman elit, dengan pagar besi yang menjulang tinggi, membuat orang di luar tidak dapat melihat apa yang ada di dalam. Rumah yang sangat mendukung, kata Kahar dalam hati, sambil mengambil HP Rossa dan memasukannya ke saku jaketnya.

Ia mengeluarkan kepalanya dari taksi dan menekan klakson. Suara klakson membelah keheningan di depan rumah Rossa. Butuh 3 kali klakson untuk membuat gerbang besi itu terbuka. Kahar langsung mematikan mesin, keluar dari taksi, dan mengeluarkan Rossa dan membopongnya mendekati gerbang

Rasa kantuk dua orang satpam yang membuka gerbang langsung hilang melihat majikan mereka dibopong oleh seorang supir taksi.

“Mbak?! Mbak Ocha kenapa mbak?!”

Kedua satpam itu langsung mengurung Kahar.

“Majikan lo mabok nih! Sampe pingsan di mobil gua! Cepet bukain pintunya!” bentak Kahar

Kedua satpam itu tergopoh-gopoh memandu Kahar masuk menuju sebuah garasi, lalu membelok ke kiri, melewati dapur yang luas, sebelum akhirnya masuk ke ruangan utama rumah Rossa. Cahaya temaram menerangi rumah itu, membuat Kahar bisa melihat sofa dan berbagai mebel mahal ada di rumah Rossa.

“Langsung ke kamar tidurnya aja!” perintah Kahar pada satpam yang ada di depannya.

Mereka pun menaiki tangga menuju lantai atas. Satpam di depan Kahar membuka pintu pertama di sebelah kanan tangga itu dan menyalakan lampu.

Kamar tidur Rossa begitu luas, lengkap dengan sofa warna putih, ranjang warna putih, dengan selimut dan kasur yang terlihat begitu empuk. Beberapa foto diri Rossa juga terpajang di sana. Ketiga orang itu terlongo sejenak melihat kamar tidur yang sedemikian besar dan sangat nyaman. Kedua satpam rumah Rossa juga baru kali ini melihat bagian dalam kamar tidur Rossa karena are tugas mereka selama ini hanya menjaga gerbang depan.

Kahar yang segera sadar dari takjubnya, membawa Rossa ke ranjang dan perlahan meletakan penyanyi itu. Gaun Rossa kembali tersibak dan tertindih oleh pahanya sendiri sehingga ketiga pria itu dapat melihat betapa mulusnya paha Rossa.

Ketiga pria itu berdiri bagai patung melihat Rossa yang terus terlelap. Pahanya yang mulus, pinggangnya yang ramping, dadanya yang tertutup gaun kuning itu naik turun perlahan seiring nafas Rossa. Ketiganya seakan tidak ingin kehilangan setiap detik untuk melihat pemandangan itu.

Kahar menoleh ke kiri berpandangan dengan satpam yang ada di kirinya. Setelah itu saat ia menoleh ke kanan, satpam yang ada di kanannya juga sedang memandangi dia.

“Lo berdua betah kerja disini?” tanya Kahar sambil kembali memandangi Rossa.

“Betah bang.” jawab satpam di kanan Kahar

“Majikan lo ini, perlakuannya gimana? Baek?”

“Baek bang. Ya namanya juga majikan. Emang kita sebagai bawahan ya musti lakuin apa yang dia perintah kan bang.” satpam di kiri Kahar menjawab.

“Nama lo berdua siapa sih?”

“Nardi bang.” Satpam dengan badan hitam dan tinggi besar di sebelah kiri Kahar menjawab.

“Saya Rustam bang.” Rustam juga memiliki kulit hitam tapi dengan perut yang agak buncit, tidak setinggi Nardi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *