CERITA Sex HOT TANTE YANG MEMAKSAKU UNTUK MENJILATI MEMEKNYA Part 2

Hanya saja, bukan papa kan?”.

“Ma suka mbak … .. benernya pengen susu sih, tapi …. gak papa deh ..”, saya jawab setengah bercanda setengah sesat.

“Dasar ..”, kata Mirna mbak sambil tersenyum manis. Sex 

Mbak Mirna duduk di depanku. Saat dia duduk saya kaget karena dia tidak menggunakan cd. Ini bisa saya lihat karena mbak Mirna duduk tidak rapi. Kaki mulusnya sedikit terbuka. Dari mana saya duduk tidak begitu jelas enggak tapi saya yakin jika dia tidak menggunakan cd karena di rok itu jelas saya tidak melihat selembar kain. Sambil minum aku terus mandangin bagian bawah Mirna mbak. Sepertinya mbak Mirna enggak sadar akan hal ini karena mataku terlihat sedikit ketutup kaca yang saya pegang. Tau kalo tidak ada barang bagus yang otong mulai bertingkah. Yang lain mulai terbangun, ini membuatku menyembunyikan usaha untuk menyembunyikan sikap mereka.

“Kamu bisbol ngerokok, Di?”, Tanya mbak Mirna kaget.

“Eng … Nah mbak ..”, jawabku terbata-bata.

“Mbak Mirna enggak ngerokok?”, Tanyaku balik.

“Eh, … enggak, mbak lebih suka coke nyedot”, jawabnya agak nakal. Celakalah, kali ini otong benar-benar tidak bisa diajak untuk tenang lagi, otong spontan menusuk di balik celana saya. Kepalanya di bawah celana membuatku kaget.

“Eh, … mbak … bisa pinjem kamar mandi”, aku bertanya sedikit panik.

Sepertinya Ms. Mirna sempat melihat nyembulnya autopilant ini. Dia tampak sedikit terkejut.

“Bisa, … masuk …. Lonely koq, tidak ada kamu pergi aja aja, ntar kamar mandi di sebelah kiri.” Jawab mbak Mirna.

Sambil mencoba menutupi Otong untuk menjaga sopan santun, aku bergegas ke kamar mandi untuk mengatur lokasi. Kamar mandi juga luas. Keranjang lengkap dan mewah. Di sudut kanan ada bak mandi ukuran sedang, disebelahnya ada shower, dan laen sehingga semuanya benar-benar putih. Segera aku menutup pintu kamar mandi. Aku buru-buru membuka kancing celanaku dan meraihnya. Si otong kali ini bener bener bener bener bening. Pria gemuk panjang itu sulit dicicipi, sudah diminta untuk dikocok seperti. Aku belum sempat mbenerin tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka.

Sial, aku rupanya lupa mengunci pintu. Perasaan panik saya lenyap dengan rasa kegembiraan saat orang yang muncul dari balik pintu adalah Mbak Mirna. Yang segera berdenyut melihat situasi yang terjadi, dia tahu kejadian apa yang akan terjadi selanjutnya. Sekarang dengan sengaja aku tidak menutupi celanaku agar Mirna bisa melihat dengan jelas penisku.

“Eh, maaf maaf, nih mau nganterin sabun ….”, kata mbak Mirna berhenti.

Mulutnya terbuka dan matanya melotot pada batang penisku. Kami berdua tertegun sejenak. Lalu pelan-pelan tanganku mulai menggoyang batang penisku perlahan. Mbak Mirna tetap diam sementara merhatiin apa yang saya lakuin.

“Tolong semua sabunin batang penis saya ya .. ..”, ajak saya harap. Mbak Mirna terlihat ragu.

Aku mendekatinya perlahan. Aku menarik tangannya dan membawanya ke Otong. Dia memegang Otong dengan ragu-ragu. Lalu dengan lembut dia mulai mengocok batang penisku dengan pasang surut. Fantasi juga fantasi saya untuk menjabat tangan halus. Sex 

“Delicious Di?”, Tanyanya dengan lembut penuh nafsu.

“Ahh …” nah begitu baik … .uh … “tanpa tanganku mulai memeluk payudaranya yang buatan.

“Ssshh .., ahh … jangan …” mbak Mirna merintih santai.

Aku mengabaikan pembicaraan itu, tanganku mulai meraih payudaranya. Mbak Mirna mulai terangsang tangannya mulai mempercepat irama menggosok. Segera tanganku melepaskan kancing kemeja dan bra. Begitu pakaian dan branya jatuh ke lantai, payudara Mirna bisa terlihat dengan jelas.

Padat dan putih sempurna dengan puting pink. Memasukkan susu itu disapu ke depan untuk menunjukkan cermin pada payudara Ms. Mirna. Aku segera meremas payudara kirinya sementara lengan kananku terpelintir dan menarik puting kanannya.

“Ah ……” Mirna mbak makin mereda.

Kutaruh kepalaku ke dadanya, aku hisap – hisapan puting kanannya. Mbak Mirna semakin menggelinjang. Tangan kananku mulai bergerak ke bawah, membelai perutnya yang lebat. Mbak Mirna semakin terangsang dengan cepat ia melorotkan jeans dan cd saya. Otong langsung menendang keluar menunjukkan seluruh bentuk. Mata Mirna tak lepas dari Otong. Tangannya mulai mengelus testisku dengan tangan ganas saat tangannya yang lain mengeras peluitnya.

Rasanya enak menggosokkan tangannya dengan otong. Perasaan baik terhadap seluruh saraf saya sehingga tanpa kesadaran saya, tubuh saya mulai bergetar. Kedua tanganku langsung bergerak menjelajahi memek Mbak Mirna. Dengan satu tangan mengangkat rokku sementara tanganku yang lain mulai menelusuri lebih dalam. Ternyata memang mbak Mirna tidak pakai cd, saya bisa dengan mudah menemukan klitoris di celah pussy. Mbak Mirna sepertinya sudah mencukur rambutnya karena tangan saya tidak menemukan potongan rambut disana dan saya merasa pusing licin dan bersih. Model pussy seperti ini yang membuat saya terangsang hebat.

Aku membuka lubang pussy.

“Ah …… enaaak …” Mirna meniru penghibur saat aku menggosok klitorisnya dengan lembut. Aku memutar klitorisnya dengan ibu jari saat jari tengahku mulai memasuki lubang basah yang sudah basah.

Tiba-tiba Ibu Mirna menarik tanganku, tanpa waktu aku mengatakan apapun yang dia tekuk dan dengan paksa memasukkanku ke dalam mulutnya. Jerami terasa enak. Lidah Ms. Mirna bermain di bagian sensitif saya sementara mulutnya mengisap bolak-balik membuat saya merasa sedih.

Tanganku meremas payudaranya dan bokongnya kuat, lebih kuat dari pada sedotannya.

“Mmmmmmm … ..”, mbak Mirna mengeluhkan kenyamanan. Beberapa detik kemudian selera yang bagus tidak bisa menghentikan saya.

“Ahhh … mbak, aku mau klimaks ya … .uh … ..”. Mbak Mirna tidak menjawab, hanya mempercepat pergerakan mulut dan lidahnya.

Saya tidak tahan lagi, sperma saya keluar dengan tergesa-gesa. Begitu banyak keluar bahwa sperma saya keluar dari mulutnya. Setelah 6 sampai 7 kali semprotan, saya mudah lemas. Mbak Mirna tahu kalau aku puas, dia mulai melonggarkan sedotan, lalu melepaskannya dari mulutnya.

Mbak Mirna tersenyum nakal, rupanya dia telah menelan semua sperma saya, sementara tetesan sperma yang lolos dari mulutnya menetes ke payudaranya. Meski sudah mencapai klimaks, otong pun masih belum mau lepas. Mengetahui bahwa situasi Otong sangat menantang, Mbak Mirna tidak puas segera kembali beraksi. Di belakangku. Dia membungkuk, lorotkannya rok putih sambil memamerkan vaginanya dari belakang. Crazy, bentuknya bagus, pikirku. Vagina yang licin berwarna merah muda. Karena tidak ada siapa-siapa

Rambut yang menutupi itu, saya bisa melihat dengan jelas setiap lengkungan vaginanya.

Mengisap vagina dengan bibir yang mematahkannya menantang saya. Tidak bisa melewatkan kesempatan untuk ngerasain vagina cewek ini. Kuremas pussy dari belakang, klitoris kugesek dengan semua jariku. Kugosok – gosok klitorisnya dengan cepat.

“Sssss … cepetan Di, … cepet masuk penismu … aku sudah tidak tahan … .. ssss”, mbak Mirna memohon. Kemudian dengan jari telunjuk dan jari tengah buka bibir vagina saya.

Yang tidak langsung saya kujujamkan keliang vaginanya yang terbuka.

“Ahhh …”, mbak Mirna merintih kemudahan karena otong benar-benar bener – menuhin memeknya dari dalam.

Dengan beberapa dorongan, aku mendorong Otong menempel di leher rahimnya. Mirna mbak Mirza rasanya bener bener. Lezat ngerasain pussy yang menyeretnya.

Kali ini saya menggerakkan pinggang saya bolak-balik dengan kuat, mbak Mirna nampaknya menyukainya.

“Terusss … ahh …. lebih cepat … lebih cepat …. Ahhh …” Tangan kiri Mirna mulai menggosok klitorisnya sendiri menggantikan tanganku.

Saya mempercepat gerakan saya sampai terdengar suara gesekan dengan pus Mirna mbak. Aku memegang pinggang Mirna dengan kedua tanganku untuk membantu Otong masuk dan keluar. Mbak Mirna juga tidak ingin tetap diam, ia memutar pinggulnya erat-erat. Segera Ms. Mirna memulai
menggelinjang, menggelepar – ngomel sambil mengerang santai.

Kurang dari lima detik kemudian tubuhnya mengencang. Sambil meneriakkan pakaian Mbak Mirna mencapai klimaks. Aku merasakan denyutan pussy memijat Otong dengan keras. Situasi ini membuat Otong muntah untuk kedua kalinya. Kami berdua mengerang kenyamanan. …

Sesaat kemudian, kami tinggal di lantai porselen putih di kamar mandi. Kami berdua tersentak, mengatur napas yang mungkin sudah terlupakan saat kami berdua asyik. Aku memeluk Mbak Mirna dari belakang. Aku menempelkan bibirku ke telinganya.

“Terimakasih ya mbak”, bisikku sedikit parau.
“Ah, iya terima kasih”, jawabnya dengan senyum yang sangat manis.

Aku mencium tengkuknya dengan lembut, lalu perlahan kujilati telinga sambil mengerang untuk memikat mbak Mirna kembali. Otong masih ngaceng, mau tanya lagi. Aku menempelkan ujungnya ke pantatnya, perlahan kugesek – gesek. Tanganku mulai berakting lagi.

Aku menjelajahi vagina basah. Sperma saya meleleh dari vaginanya dan membasahi pahanya. Aku memainkan cairan putih itu. Klitorisnya mulai tegang lagi. Tanganku terangkat, meremas dadanya yang padat. Awalnya lembut lalu mengeras dan mengeras. Mbak Mirna merintih mudah. Keledai bodohnya mulai digosok – gosok kembali untuk menyentuh Otong.

Tidak tahan lagi, saya pasang pussy dari belakang. Aku sedang berlutut di tubuh Mirna. Mbak Mirna yang berada dalam posisi telungkup dan di bawah tidak bisa berbuat banyak. Di bentangan kakinya yang mulus dan tangga itu memudahkannya masuk. Dengan tangannya meremas dan memutar payudara dan putingnya, aku memompa mbak Mirna dengan penuh semangat.

“Oh … sangat bagus Di, mbak seneng posisi sama …”, katanya terengah-engah.

Aku mencium tengkuknya dengan gigih. Mbak Mirna hanya bisa menggelepar kenyamanan.

Segera klimaks Mirna untuk kedua kalinya. Terlepas dari Mbak Mirna yang terus mengejar saya mempercepat ayunan. Suara yang dihasilkan dari kecepatan dan kelembaban kubah Mirna membuatku semakin bersemangat. Untuk waktu yang lama Ms. Mirna menyalakan selimut sampai akhirnya aku keluar. Kali ini saya menyemprot sperma saya ke pantatnya. Karena saya sudah mencapai klimaks tiga kali, air saya tidak sebanyak semprotan pertama dan kedua, tapi cukup untuk melembabkan indra mbak yang merangsang Mirna.

Akhirnya aku bertemu lagi di mbak Mirna.

“Crazy, mbak up lima kali berturut-turut lho Di …”, kata mbak Mirna manja.
“Hah …? Lima kali berturut-turut? Gila …. Pasti enak rasanya …”, jawabku dengan iri.

Mbak Mirna hanya tertawa manja.

“Terimakasih di Di .. .. saya sudah membuat make up mbak …. Sampai enam kali lho … ..”, kata Mirna mbak sambil membalikkan tubuhnya.

Aku bangkit dan hanya tersenyum. Hehe…. Ini bukan bagaimana, saya bisa membuat lusinan klimaks, pikir saya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *