Mamaku Germo Sex Dan Memekku Di Kobel PART 4

Om-om itu mencoba memegang rambut ibuku yang panjang terurai. Di jambak dan di kepal rambut ibuku yang terlihat masih tebal. Dengan mengepal rambut ibuku seperti menarik delman om-om itu dengan asiknya mengocok-ngocok vagina ibuku dengan gerakan maju mundur dengan cepat

“Aw aw aw.. kamu nakal mas uuh mau di apakan rambutku.” Kata ibu dengan mata sayu nikmat.

Ibuku hanya pasrah dan menikmati vaginanya “Uuuh..ee..eenaakk aaahh….”. Sex 

Merasakan begitu terasa nikmatnya, dan lebih nikmat dari penis ayah tiriku. Mungkin itu yang terukir di hati ibu ku saat sedang merasakan vaginannya di kocok-kocok sama om-om itu

“Ayo… maas.. sayang uuhh enaakk..aahh ” Ibu ku kembali mendesah.

“Ini aaa..eeehh gurih memek kamu sayaaang, aahhh..eenakk.. say…enak memek kamu oohh…” Racau om-om itu.

‘plok plok plok’ Suaranya begitu jelas aku dengar, sentuhan dari kulit mereka.

sleb bleb sleb bleb “Ahh,,, uuhhh.”

“Maass…sssstt gila kamu mas kontolmu giilaaa..uhh..” Lagi-lagi ibu ku meracau nikmat.

“Ahhh..” Dengan gerakan volume yang cepat, terlihat jelas di mataku, penis om-om itu keluar masuk ke vagina ibu ku.

“Ah.. pelan-pelan maaas..” Uh ibu sangat menikmatinya.

“iya sayaaang aku kayanya ma ma mau keluar nih..eeegh..” Terdengar suara om-om itu dengan terbata-bata.

Om-om itu semakin bersemangat mengocok vagina ibuku dengan penisnya yang terlihat batang dan urat-uratnya sudah mengencang.

“Aku siaap maas..menerima peju mu ..aah..” desah ibu ku..”

Om-om itu mengejang otot-ototnya, sepertinya akan keluar sesuatu dari penisnya, yang telah mengacak-ngacak vagina ibuku.

“Aght… aku keluar sayang uuuh..” Tiba-tiba om-om itu naik keatas punggung ibuku, yang masih posisi menungging.

“Eehh mau kemana kamu maas..” Kata ibu ku, sambil membalikan kepalanya keatas. Yang ternyata terlihat penis om-om itu sudah berada di muka ibuku. Dengan di kocok-kocok sendri dengan tanganya si om-om.

Terlihat kepala penis om-om itu sudah memerah dan mengkilap. Dengan di acung-acungkan ke mulut ibu yang sedang mendangak keatas.

“Uhhh ayo sayang kamu nga-nga.” suruh om-om itu.

Mendengar perintah dari om-om itu ibu ku hanya menurut. Sex

“Ahh,,… ” Mulut ibu ku terbuka lebar dan siap menerima apa yang akan datang dari penis om-om itu.

‘Crot crot crot crot’ “aahh uhhh..” Terlihat cairan putih kental keluar dari penis om-om itu. Entah apa namanya air kental itu, aku tak tahu, karna aku belum tahu air putih kental itu.

Aku mendengar ibu menceloteh. “Uwweekk… uuh.. bau tau mas…mmm.. uuh.. kesat sepet… sialan kamu maa..s…” Ucap ibuku dengan mata kosong menatap om-om itu.

“Uhh.. gila ibuku rakus amat sampai di minum air yang menjijikan dari penis om itu.” Bathinku.

Setelah puas dengan cairan yang kental putih itu keluar dari penis om-om itu. Kulihat ibuku sangat menikmati air putih kental itu, yang belumuran di seluruh rongga mulutnya.

“sayang gimana rasanya hehehe..enak yah” Tanya om-om itu kepada ibu ku dengan senyuman bangga.

“Ssst.. sepet mas uuh hehehe.bauuu…” Jawab ibuku manja .”Tapi suka kaan..” Ledek om itu.

Ibu ku hanya mengangguk. Mereka pun berpelukan dan mencium bibir ibuku dengan mesra.

“Ya udah pakai lagi pakaian kamu! Ayo kita berangkat.” Om-om itu pun bergegas memakai celananya.

Ibu ku segera merapikan rambutnya. Dan memakai bajunya kembali seperti semula. Entah apa yang di rasakan di kepala mereka. Mereka pun segera beranjak keluar kamar.

Melihat ibu dan om-om itu mau keluar, aku pun segera menjauh dari pintu. Rupanya aku lupa aku sedang membawakan minuman untuk Rian yang sudah lama menunggu.

“Ma.. maaf yah say..hehehe lama..” Sapaku dengan tersenyum.

“Iya iya..” Rian mengangguk.

Terdengar langkah keluar. Rupanya ibuku yang mempunyai parfum khas yang di pakai jika mau berangkat ke warung remang-remang yang ibu miliki tentu dengan puluhan PSK yang di bimbing oleh ibuku.

“Nak ibu berangkat yah.. ooh.. teryata ada tamu.” Sapa ibu ku sambil bersalaman dengan Rian.

“Kenal kan Rian ini ibuku.” Aku memperkenalkan Rian agar tidak canggung.

‘Ya udah ibu mau berangkat mencari nafkah buat Shinta anak ibu yang manja ini.. kamu jaga rumah baik-baik yah nak.” Kata ibuku sambil membawa tas kecilnya, dan menuju motor om-om itu.

Om-om itu hanya tersenyum melihat aku dan Rian. Dan segera menaiki motornya. Ibuku telah siap sedari tadi menunggu untuk berangkat.

Di dalam kencan pertama Rian kerumahku, membuat aku gugup. Di tambah lagi aku baru saja melihat adegan yang tidak aku mengerti. Adegan yang sangat aku berimajinasi apa yang di lakukan ibu dengan om-om itu.

Rian hanya diam, dia emang sangat pemalu untuk bicara dulu, makanya aku kalau mau ngobrol sama dia harus aku dulu buka pembicaraan, setelah itu baru Rian membuaka pembicaraan.

‘Udah minum jangan di lihatin doaang.” Ucapku untuk memulai obrolan.

“Yang laki-laki tadi ayahmu..” Tanya Rian yang membuat terkejut.

“Mmm.. bukan itu temannya ibuku..” Kataku mencoba meyakinkan dengan wajah semeringah.

Aku takut Rian memperpanjang pembicaraan yang tentu akan menanyakan asal-usul aku dan siapa sebenarnya orangtuaku. Akhirnya kucoba mengalihkan pembicaraan.

“Say masuk apa mau di luar aja.. masuk juga boleh kita nonton tv nya..” Ajakku.

“Mmm… ga baik ah,, berduaan di dalam. orangtuamu kan gak ada.” Kilah Rian dengan wajah lucunya.
“Ok dah.. gak mau ya udah.. di sini ajah..” Aku pun terdiam.

Aku masih teringat apa yang barusan aku lihat. Pengalaman aku melihat sepasang manusia yang bergumul, saling merabah, menjilati, yang ternyata yang aku lihat itu adalah ibuku sendiri.

Dan yang membuat aku sedih ternyata Ibu masih suka melayani lelaki hidung belang. Dan pasti menghianati cinta tulus ayah tiriku. Atau memang ayah tiriku cuek-cuek aja jika ibu di gauli lelaki lain. Entahlah.

Masih teringang-ingang di telingaku mendengar desahan dan racauan yang membuat darahku berdesir cepat, desahan orang-orang dewasa yang belum aku mengerti arti sebuah desahan kenikmatan. artikelbokep.com Setelah aku menyaksikan erangan yang sangat memilukan telingaku. Erangan dan racauan yang keluar dari Mamahku sendiri saat Ia di senggama oleh lelaki yang bukan Ayah tiriku. Entah apa yang ada dipikiran mereka.

“Eh!..Bengong aja,” Rian mengejutkan aku.

Aku, tertawa dingin untuk menutupi apa yang ada di pikiranku.

“Say..kamu mau kedalam gak, di sini dingin tau,” kata ku.

“Em..gimana yah aku takut kalau kita kedalam, nanti ada yang curiga sama kita.” Aku mengerti apa yang Rian maksud, memang Rian lelaki yang cukup dewasa, bisa membaca situasi dan keadaan.

“Em..terus kita ngapain, kalau di dalam kan kita bisa nonton tivi,” ujarku.

“Seterah kamu sih, aku hanya ngajak aja, itu juga kalau kamu mau!”

“Sepertinya kamu seperti ada pikiran dah!” Rian mencoba menebak-nebak apa yang ada di pikiranku.

“Kalau ku lihat, wajah kamu agak sedikit gimana gitu?!..”

“Ah perasaan kamu aja kali say,” ucapku.

“Cerita dong sayang..” katanya membujukku.

“Wajahmu tampak gelisah gitu, apa habis di marahi Mamah kamu sebelum berangkat tadi sama teman cowoknya?.” Rian mulai merocos menanyai aku dengan kepo.

Aku menggeleng kepala, berusaha untuk menyembunyikan apa yang mengganggu di pikiranku ketika aku melihat Mamahku bergumul sama lelaki yang tidak aku kenal, lelaki dari dari teman Mamahku.

Aku berdiam sejenak. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Rian pun begitu, dia hanya memandang awan yang cerah dengan bintang-bintang bertebaran di angit nan jauh. Aku pun ikut menyaksikan keindahan kelap-kelip bintang itu. Mereka saling bergugus-gugus dengan teraturnya. Sungguh sangat mengesankan di kala aku bersamanya, laksana dunia ini di miliki untuk selamanya dan hanya berdua, “he..he..he..” aku tertawa di dalam hatiku.

Melihat Rian yang diam dan hanya melongong-longong melihat ke atas langit, membuat ku tertawa cekikikan di dalam hati. Wajahnya yang terlihat pilon dan culun, menambah lucu dan jenaka. Sungguh aku makin cinta sama kamu Rian..

Engkau kakak kelasku berpikiran dewasa, gak seperti cowok yang lain yang bisanya hanya mengajak pacaran di tempat yang gelap sekedar hanya ingin mengecup bibir. Tetapi kamu, pintar menepati keadaan, padahal kesempatan banyak untuk berbuat, tapi sungguh ia menjaga etika dan adab, itulah yang membuatku kagum padanya.

“Eh..jam berapa ini?” Rian membuka suara. Lalu ia melirik jam tangannya. “Sudah jam sembilan lewat, aku rasa cukup untuk kita bermain-main sayang, dan juga kamu sudah terlihat mengantuk.”

“Gak kok..santai aja lagi, abis kamunya sih banyak bengong ngitungin bintang, aku jadi ngantuk dah hehehe,” candaku.

Rian pun sunggingkan senyum tampak manis di pipi terlihat lesung di pipinya. “Em..jarang sekali cowok mempunyai lesung di pipi,” batinku.

“Ya udah, toh masih ada hari esok,” ujarnya.

“Aku pulang dulu ya say!” Ia pun berdiri, lalu memandangku dengan mata yang sayu, mungkin pusing kali abis ngitungin bintang hehehe.
“Ok..dah sayangku..” aku pun berdiri sambil ku cium telapak tengannya, seperti layaknya suami istri dan wanita baik-baik mencium tangan sang suami kalau ingin berpamitan kerja hehehe jiaaah…

Ia pun melangkah pulang. Motor yang terpakir di halaman rumahku telah di nyalahkannya.

Suara menggerung seperti anak motor atau seperti motor yang kurang di rawat, tentu sangat bising di dengarnya.

Tak beberapa lama Ia pun melaju dengan roda duanya. Di tikungan ia mulai tak terlihat dari pandanganku. Aku sungguh berbunga-bunga, melihat Rian telah memberanikan diri untuk bermain kerumahku, walaupun desas-desus orang-orang yang ada di sekitar rumahku, memvonis rumah sarang jablay dan aku di beri makan uang lendir.

Emm…aku masuk kamar, seperti biasa dengan handset yang kupasang di telingaku, lalu aku putar untuk mendengarkan lagu-lagu kesayanganku.Kamar yang sangat indah aku rasakan, walaupun aku jarang sekali tidur di kamarku sendiri. Terkadang aku tidur di rumah teman sesama cewek, hanya untuk menghilangkan suntuk hidup sendiri di kala malam karena tidak ada teman untuk mengobrol karena Mamahku yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai ketua dari wanita-wanita penghibur para lelaki yang mencari kenikmatan malam, itu juga kata orang yang selalu aku dengar dengan menjelek-jelekan keluargaku.

Mata ku belum terpejam, pikiranku menerawang keatas mengingat kembali apa yang Mamah lakukan di dalam kamarnya bersama om-om itu. Ahh…mereka sungguh gila dan lupa daratan. Kenapa aku harus mengintip Mamahku sendiri, oh sungguh anak yang tak tahu diri.

Aku gelisah merasa bersalah apa yang aku lakukan. Tubuhku terasa gak nyaman malam ini, rasanya selalu teringat terus saat Mamahku bergelinjang ketika Vaginanya di colok-colok oleh penis om-om itu.

“Apa rasanya, jika memekku juga di colok-colok sama punya Rian,” batinku. Aku berhayal seandainya tadi aku bermain sama Rian, terus Rian mencolok-colok memekku ooh…pasti aku akan bergelinjang apa yang di lakukan oleh Mamahku, enak kali yah.

Tampa aku sadari ketika aku berhayal dan ingat kembali apa yang aku lihat perbuatan Mamahku. Tanganku meraba celana yang aku kenakan. Celana yang hanya terbuat dari bahan tenun yang tipis sehingga apabila aku sentuh, jelas sekali batok Memekku.

Uh.. yah batok memek yang masih putih dan belum di tumbuhi bulu-bulu ini. Aku mengusap-ngusap dengan perasaan. Semakin lama semakin berdesir darahku. Aku rasakan ada yang beda.

Vaginaku terasa cenat-cenut.

“Ohh…yeeaah..ssst…sungguh uuh..pantesan Mamahku terlihat menikmati ketika Memeknya di jilati. Ohh…uh…sungguh enaak ssst ahh…” Aku terus mengusap dan membelai vaginaku yang masih tertutup oleh celana rajutan jarang.

Karena merasa ada yang lain dalam desiran darah ku. Aku pun memcoba untuk bertelanjang dada.

Baju kaos yang kau kenakan aku lepaskan. Kini hanya BH yang masih terlihat, serta celana ngetrit yang aku pakai. Ku pandang buah dadaku yang terlihat kecil, gak seperti punya Mamahku yang terlihat besar dan menggandul hehehe. Emm…ku pandangi puting meranum sangat indah, oh.. mungkin ini untuk menetek ketika aku punya beby. Ssst..Aku gak tahan akhirnya aku buka BH yang aku kenakan oh..aku merabanya, seperti apa yang aku lihat pada Mamahku yang di isap dengan rakus oleh om-om itu, dan di remas-remas dengan rakus. “Emang enak yah!”

Emm.. Eght.. uh…aku mulai meremas-remas payudaraku. Sttt…eght.. agak berdesir aku rasakan tiba-tiba aku merasakan payudaraku mengembang dan mengeras dengan kencang dan padat. Entah apa yang membuatnya begini aku tidak tahu. Yang aku rasakan bergelinjang seluruh urat-uratku. Sungguh sensasi sangat luar biasa yang aku rasakan pertama kali dalam hidupku.

Em…rupanya ini yang membuat Mamahku merasa ketagihan dan terasa nikmat di rasakannya. Oh..Mamah enak mah..sstt..enaaak..

Tanpa aku sadari tangan kanan yang terus meremas-remas payudaraku, aku mencoba untuk turun ke lebih bawah lagi. Aku ganti tangan kiriku untuk merabah buah dada ku, dan tangan kanan aku turun kan untuk merasakan sensasi Memekku.

Celana tipis yang aku pakai masih merekat, kucoba meraba gundukan di dalamnya yang bukan lain gundukan memekku, yeaah..aku merasa geli oh… terasa berdesir masuk ke rongga liang memekku. Oh…sungguh sangat menggidikan bulu kuduk. Yeahh…aku meronta-ronta aku ikuti irama desiran di mana tubuhku klepek-klepek bergelinjang tak tentu arah.

Terkadang-kadang aku naikan bokongku sambil terus meraba memek ku, lalu aku putar-putar oh.. sunguh sangat nikmat walaupun masih terhalang celana dalamku. em…Mamah inikah yang Mamah rasakan ketika om-om itu mengelus-ngelus memek Mamah. Ssstt…benar-benar enak Mah..

Sensasi onani ku yang pertama aku rasakan walaupun aku belum berani untuk meraba lebih dalam lagi.

Tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara Hape ku. Rupanya Rian yang menelponku.

“Tumben Rian jam segini belum tidur?!” pikirku. Memang gak biasanya Rian menelpon aku jam-jam saat-saat orang-orang sedang terlelap tidur. Dan sebenarnya Rian anak yang penurut sama orang tuanya, dia sangat pandai dalam mengatur waktu belajar, bermain dan tidur.

“Haloo.. sayang,” jawabku, sebelumnya ia mengucap kan Halo.

“Kamu belum tidur sayang?” Rian bertanya dengan suara yang agak berat mungkin grogi kalau telponan di malam hari, takut di dengar sama keluarganya jadi suaranya di sembunyikan dengan kecil.

“Belum,” jawabku.

“Kamu sendiri kenapa belum tidur, tumben ih!”

“Ia gak papa kan, aku nelpon kamu!”

“Sayang..Malah aku senang kebetulan aku memang belum bisa tidur.”

“Kamu lagi apa?”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *